Tragedi Trisakti 1998 Dan Tumbangnya Pak Harto
12 May 2013 |Pemerintahan orde baru mulai goyah pada awal th 1998.Karena krisis moneter yang melanda asia termasuk indonesia. Tiada hari tanpa demo dari mahasiswa…Apalagi ketika pemerintah menaikkan harga BBM demo tambah menjadi-jadi,sampai pemerintah menurunkan harga BBM ke harga semula.Mahasiswa seluruh indonesia melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi .Yang di jakarta di motori mahasiswa tri sakti melakukan demo ke gedung MPR.Dan hari ini 15 TAHUN yang lalu atau tepatnya pada tanggal 12 MEI 1998 Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju GEDUNG MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari PASUKAN ANTI HURU HARA dan DI SUSUL PASUKAN PENDUKUNG militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegoisasi dengan pihak Polri.Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari tanggal 12 mei 1998 , para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan.Keadaan mulai memanas,entah siapa yang memulai provokasi. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan di pihak mahasiswa tri sakti.
Sementara itu, sebagian besar korban luka masih berhadapan dengan polisi. Mereka berusaha membuka barikade dengan melempari polisi dengan batu.TIBA-TIBA DARI ATAS JEMBATAN LAYANG ADA PASUKAN MILITER MENGARAHKAN SENAPAN KE MAHASISWA TRISAKTI………………Akhirnya empat mahasiswa tri sakti gugur.SBB….
1-Korban gugur pertama Hendriawan Sie, 20 tahun Sayang, nyawa Hendriawan yang lehernya tertembus peluru saat berada di balik pintu gerbang kampus itu tidak tertolong. Darah terus mengucur dari lehernya. Dalam perjalanan menuju kampus itulah, dia gugur
2-Elang Mulya Lesmana, 19 tahun, ditembak di dada dan langsung tewas di kampus.3-Hafidhin Royan, 21 tahun, ditembak di kepala dan meninggal di rumah sakit.
4-Hery Hartanto, 21 tahun, ditembak di punggung ketika dia berhenti berlari untuk membersihkan perih di matanya yang terkena gas. Dia meninggal di kampus itu.
ke empat mahasiswa tri sakti PAHLAWAN REFORMASI
Akhirnya meletus kerusuhan Mei 1998 antara 13 MEI S/D 15 MEI khususnya di ibu kota JAKARTA.namun dalam sekala kecil juga terjadi di beberapa daerah lain.Kerusuhan Mei 1998 yang terjadi di jakarta dan kota lainnya.merupakan konflik yang terjadi karena tidak terima dengan perlakuan aparat keamanan yang menembak empat mahasiswa trisaki, mereka kemudian melampiaskan kemarahan mereka dengan merusak dan membakar seluruh bangunan dan pertokoan di kota.Jakarta akhirnya jadi kota horor,jalanan dihiasi pecahan kaca, mobil-mobil yang sudah jadi rongsokan arang, televisi yang porak-poranda, dan puing-puing barang yang sebelumnya begitu berharga. Bank, pusat perkantoran, gedung pemerintahan, dan sekolah-sekolah tutup. Hanya bandara internasional yang tetap melaksanakan aktivitas.
Di tengah kebisuan Jakarta itu, satuan pemadam kebakaran mulai beraksi memadamkan toko-toko dan bangunan-bangunan yang masih mengeluarkan asap. Seketika itu pula, mayat-mayat sudah bisa dihitung. Tapi, masih banyak yang belum terbilang. Para ayah sibuk mencari anaknya. Ibu-ibu berbondong ke rumah sakit untuk mengenali jasad-jasad, yang mungkin di antara mereka ada jasad suaminya. Sungguh sayang. Mayat-mayat itu tidak bisa lagi dikenali karena rusak terbakar. Akhirnya, korban-korban aksi kekerasan Mei ini dikubur masal.Ketika aku berkunjung ke jakarta setelah kerusuhan mei 1998,ada nara sumber dari temanku mr tatuk warga jakarta yang cerita harga beras 1 kg 50.000,dan mobil BMW sama bpkb-nya atas nama pemiliknya di tawarkan 10 juta….mungkin pemiliknya berpikir dari pada di bakar……….
Tragedi Trisakti tgl 12 mei 1998 pak harto mundur 9 hari kemudian yaitu tgl 21 mei 1998…….Yang paling menarik dalam deru gerakan reformasi yang menimbulkan gejolak hingga mundurnya Soeharto dari jabatan presiden adalah tak pernah disebut-sebutnya AS –atau paling tidak IMF– sebagai pihak yang menyeng- sarakan rakyat banyak dan juga ikut terlibat dalam proses krisis ekonomi yang memicu gejolak politik dan sosial di Indonesia. Baik kalangan mahasiswa, pimpinan reformasi (semacam Amien Rais atau Emil Salim), maupun dari kalangan pejabat baik sipil maupun militer tak pernah menyebut negara adidaya nomor satu di dunia itu turut andil dalam peristiwa bersejarah itu. Seolah-olah bahwa peristiwa yang terjadi kini murni produk dalam negeri dan tak ada keterkaitan dengan dunia internasional. Dan AS yang telah siap siaga dengan kapal induk Belleau Wood dan dengan 2000 marinirnya –rumor menyebut 10.000– personil marinirnya di laut Cina Selatan (Kompas, 21/5/1998) tenang-tenang saja dan merasa aman.
Setelah mundurnya Suharto dan naiknya Wapres Habibie menjadi Presiden, baru mulai terkuak keterlibatan AS dengan seluruh peristiwa politik di negeri ini. Bermula dari analisis-analisis para pakar politik di luar negeri. Sebut saja analisis Trairat Soontornprapat dalam harian Daily News (Thailand): “Setiap orang akan yakin 100 persen bahwa CIA memainkan peranan di balik gejolak politik di Indonesia belakangan ini”. Atau tulisan editorial harian berpengaruh Inggris, The Guardian: “Tekanan berat justru datang dari mereka di Washington, yang dulu merupakan pendukung setia Presiden Soeharto”. Harian El Mundo Spanyol mengatakan bahwa yang dilakukan AS terhadap Presiden Soeharto adalah American coup de grace. Surat kabar itu menyebut bahwa selain tekanan internal, pengunduran Presiden Soeharto dipercepat sebuah ultimatum yang dikeluarkan Menlu AS, Albright. Dalam pernyataannya yang disiarkan jaringan televisi CNN dalam breaking news 10 jam sebelum mr Suharto mundur Albright mengatakan, langkah itu (pengunduran diri mr Suharto) semestinya diambil untuk memberi jalan bagi transisi demokratis negerinya. Apapun caranya, ini membuktikan coup de grace. Semua analisis di atas dikemukakan oleh staf redaksi Kompas, Budiarto Shambazy, yang menampik pendapat-pendapat di atas dan menulis bahwa teori keterlibatan AS dalam proses sejarah yang berpuncak pada suksesi 21 Mei 1998 itu tidak betul (Kompas, 24/5/1998).
Anehnya, tanpa ada yang menuduh AS atau mendemo kedubes AS di Jakarta guna memprotes keterlibatan AS dalam gejolak politik di dalam negeri Indonesia, pada hari berikutnya (Senin, 25/5) pemerintah AS melalui anggota Kongres sekaligus Chairman Subcommitee on International Operations and Human Right Christopher H Smith yang berkunjung di Indonesia menolak bahwa AS berada di belakang jatuhnya mr Soeharto (Kompas, 26/5/98). Selanjutnya anggota Konggres yang memberikan keterangan pers di kantor pusat PP Muhammadiyah Jakarta itu menambahkan, imbauan Menlu Albright beberapa jam sebelum Soeharto turun itu jangan ditafsirkan sebagai upaya campur tangan AS atas kedaulatan RI.
Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi? Benarkah AS memainkan peranan yang begitu besar dalam moneter, kerusuhan mei 1998 dan lengsernya pak harto??????????
Bukti-bukti keterlibatan AS
Bukti nyata keterlibatan AS dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia sebenarnya mudah dilihat –bahkan orang-orang luar negeri saja dapat dengan mudah memahaminya. Yang paling menyolok adalah pidato menlu AS, konon seorang wanita keturunan Yahudi, Madeline Albright, beberapa jam sebelum pengunduran diri Presiden Soeharto, yang mengisyaratkan supaya Presiden Soeharto mundur agar krisis terpecahkan. Bersamaan dengan itu, pemerintah AS mengumumkan telah mengirimkan sebuah kapal induk Belleau Wood yang dilengkapi dengan helikopter dan pesawat-pesawat jet tempur serta dua kapal pendukung, lengkap dengan 2000 serdadu marinir ke Teluk Jakarta untuk melakukan “evakuasi militer” (Kompas, 21/5/1998). Seorang pejabat tinggi AS menyebut ungkapan Albright agar pak Harto membuka pintu bagi demokrasi setelah memerintah secara otokrasi selama 32 tahun itu secara tegas berarti meminta pak Harto mundur. (Forum, nomor 5 tahun VII, 1998). Sebelumnya, tanggal 18/5/1998, di London, Presiden AS Bill Clinton mengisyaratkan kepuasannya terhadap apa yang sedang berlangsung di Indonesia seraya berkata: “Sesungguhnya Washington berupaya mendorong dimulainya dialog politik di daerah-daerah yang masih bersengketa”. Juga katanya: “Namun penolakan Soeharto terhadap dialog politik dengan oposisi telah membuat situasi menjadi runyam”. Sungguh apa yang dilakukan dua petinggi AS tersebut adalah campur tangan di dalam urusan dalam negeri orang lain yang tentu saja itu bertentangan dengan undang-undang Inter- nasional.
BUKTI KETERLIBATAN KAPAL INDUK AMERIKA USS BELLEAU WOOD dan dalam data operasinya tahun 1998 [sumber DEPARTMENT OF THE NAVY USA]
Date of Departure Return Date Area of Operation
14 Jan 1998 1 May 1998* SoPac 11 May 1998 12 Jun 1998* Thailand
Setelah pak Harto mundur, Presiden AS Bill Clinton, sebagaimana dikutip Reuters mengatakan, “Kami menyambut baik keputusan Presiden Soeharto yang membuka jalan bagi transisi demokratis di Indonesia”. Clinton juga menyebut bahwa turunnya Soeharto merupakan kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk bersama-sama membangun demokrasi yang stabil (Forum, idem). Ungkapan Clinton yang senada dengan pernyataan Menlunya di atas menunjukkan adanya indikasi bahwa negara kapitalis kolonialis nomor satu di dunia itu memang punya kepentingan untuk mem- bentuk era baru, yaitu era demokratisasi, di Indonesia. Dan hal itu senada dengan apa yang dikemukakan oleh seluruh tokoh reformasi semacam Amien Rais, Nurcholis Majid, Emil Salim, dan Adnan Buyung Nasution. Termasuk ucapan mereka yang menjadi korban perjuangan demokratisasi semacam Sri Bintang Pamungkas dan Mochtar Pak- pahan.
Bahkan juga Fachri Hamzah tokoh KAMMI yang berasal dari kalangan mahasiswa yang dikenal dari kelompok yang lebih kental keislamannya. Dan kaitan AS dalam proses reformasi yang sejatinya adalah perubahan suasana “otokratik” menjadi “demokratik” dapat dilihat dari laporan The International Herald Tribune, 21 Mei 1998, yang menyentil adanya bantuan US$ 26 Juta yang diberikan the US Agency for International Development (USAID) kepada sejumlah LSM di tanah air, sejak 1995 lalu, untuk menyokong HAM dan kebebasan berekspresi di Indonesia (Forum, idem).
Dan dalam kunjungan ke sini empat hari setelah jatuhnya Soeharto, anggota Kong- gres AS Christopher H Smith mencoba mencuci tangan AS sebagaimana diungkap dalam acara jumpa persnya di kantor PP Muham- madiyah. Ia menegaskan bahwa pemerintah AS tidak berada di belakang proses mundurnya Soeharto dari jabatannya. Tapi fakta menunjukkan bahwa pemerintah AS memang melakukan campur tangan atas kedaulatan RI. Bahkan Smith sendiri sebagai anggota kongres telah melakukan campur tangan terhadap keadaan di sini dengan melakukan pertemuan tertutup –ditemani Dubes AS J Stapleton Roy– dengan MR Amien Rais yang dikenal luas sebagai salah seorang tokoh gerakan Reformasi –dengan berbagai gejolak politik dan sosial yang ditimbulkannya– Bahkan dalam kesempatan……. membantah adanya campur tangan AS dalam “penggulingan” Soeharto itu Smith dan 14 anggota Konggres AS lainnya yang menandatangani nota tertulis menyampaikan delapan imbauan (baca: tekanan) yang antara lain berisi permintaan agar pemerintahan Habibie segera membebaskan tanpa syarat –bahkan dengan menyebut nama satu persatu– tahanan politik seperti Bintang Pamungkas dan Mukhtar Pakpahan (Kompas, 26/5/1998). Harian Republika (26/5/98) menyebut kedelapan tuntutan AS itu sebagai berikut. Memang media masa dalam dan luar negeri,sehari setelah lengsernya mr soeharto gencar memberitakan hal-hal tentang keterlibatan AS dan sebab-sebab mr soeharto mundur.
Pertama, masalah pembebasan tahanan politik, termasuk Sri Bintang, Pakpahan, Budiman Soedjatmiko, Xanana Gusmao, Andi Arief, Garda Sembiring,dllKedua, memantapkan prosedur, dengan jadwal yang jelas tentang pelaksanaan pemilu yang luber dan jurdil.
Ketiga, mewujudkan reformasi hukum seperti yang dijanjikan presiden Habibie, antara lain UU yang mendukung budaya oposisi dan pencabutan UU Subversi.
Keempat, mengawali dialog terbuka dan dengan itikad baik dengan rakyat Timor Timur dan Irian Jaya.
Kelima, memperluas partisipasi politik WNI, khususnya yang berada di luar Jawa.
Keenam, Pemerintah Indonesia diharapkan segera meratifikasi konvensi soal HAM.
Ketujuh, menghentikan tindak penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan ekstrayudisial terhadap aktivis politik. Serta segera menyelidiki kasus-kasus itu secara menyeluruh.
Kedelapan, meminta Habibie mengkaji ulang dwi fungsi ABRI.
AS dan sekutunya bermain cantik dalam peristiwa krisis moneter dan kejatuhannya pak harto.Sayangnya mayoritas bangsa Indonesia terbengong-bengong tak menyadarinya. Bahkan tak menyadari kekonyolan bantahan Smith di atas yang tak jelas ditujukan kepada siapa. Sebab tak satupun pejabat atau politisi di negeri ini yang mengungkapkan keprihatinan dan kekecewaan mereka atas campur tangan AS terhadap kedaulatan negeri ini. Juga tak ada aksi demonstrasi di kedubes AS yang memprotes keterlibatan AS dalam kasus suksesi ini. Bahkan tak ada bunyi dan aksi untuk itu sama sekali. Jadi apa yang diungkap Smith adalah bantahan sebelum orang Indonesia menuduh. Menggelikan dan licik sekali! Namun itu justru menambah keyakinan orang yang menganalisis keterlibatan AS…..
seluruh tuntutan di atas memang sudah merupakan draft politik AS dalam rangka menjadikan demokrasi kapitalisme sebagai agama dunia setelah runtuhnya ideologi Komunis yang dikawal Uni Soviet pada tahun 1991. Dengan berbagai cara AS bermaksud menundukkan dunia agar berkiblat kepada kapitalisme.[sumber kompas,republika,forum,dan berbagai sumber]
Sumber:
http://regional.kompasiana.com/2013/05/12/tragedi-trisakti-1998-dan-tumbangnya-pak-harto-559121.html
EmoticonEmoticon