JUMAT, 31 JANUARI 1997
Rusuh Di Rengasdengklok, Bakar Mobil, Bank Dan Tempat Ibadah
RENGASDENGKLOK (Waspada): Kota perjuangan, Rengasdengklok di Kabupaten
Karawang, Jabar Kamis (30/1) dilanda rusuh dan massa yang mengamuk itu telah
membakar sejumlah mobil, merusak tempat beribadatan, bank, rumah serta
bangunan lainnya.
Hingga petang hari, kota Rengasdengklok sebelah utara Karawang, masih
diisolir dengan penjagaan amat ketat oleh ratusan tentara dan polisi meski
keamanan kota tersebut telah terkendalikan, demikian wartawan Antara
melaporkan dari Rengasdengklok.
Bupati Karawang H.Dadang Muchtar telah bertemu dengan beberapa pemuka agama
dan tokoh masyarakat serta MUI Kecamatan Rengadengklok untuk meminta bantuan
sehingga kerusuhan itu bisa diredam dan tidak berkepanjangan.
"Mari, kita sama-sama mencintai Dengklok (Rengesdengklok) yang tekenal
karena sejarah sebagai kota tempat lahirnya Proklamasi Kemerdekaan RI.
Selaku Bupati, saya sering gembar-gembor warga saya jangan cepat terhasut, "
ujar Dadang.
Pertemuan di tengah ketegangan yang mencekam kota Rengasdengklok tersebut
disaksikan Kapolda Jabar Mayjen Pol. Nana Permana.
Kepada Wartawan, Dadang mengemukakan, peristiwa itu sebenarnya karena
masalah individu, namun kemudian dipicu dengan isu sehingga menjadi kekuatan
besar.
Kerusuhan terjadi mulai pukul 06:00 dan puncaknya terjadi sekitar pukul
08:00 WIB, lalu terjadi lagi pukul 10:00 sehingga harus dikerahkan petugas
keamanan dari berbagai kesatuan TNI-ABRI dan kepolisian untuk mengatasinya.
Menurut Dadang, akibat kerusuhan itu sedikitnya sembilan mobil hangus
dibakar, lima rumah ibadah, bangunan lain yang dirusak masa di antaranya
Bank Tamara dan Bank Pantura, sejumlah rumah/toko dan sebuah pabrik beras
dibakar.
Petugas harus arif
Sekretaris MUI Rengasdengklok, H Sobana Nur, ketika ditanya wartawan
menyebutkan peristiwa itu terjadi gara-gara seorang warga melarang warga
"ngadulag " (membunyikan beduk) menjelang makan sahur, tepatnya di Kampung
Warudoyong, Rengasdengklok, Kamis dinihari.
�
"Seorang warga melarang ngadulag karena alasan terganggu. Tapi kan ini
tradisi bulan puasa, " ujar Sobana sambil menambahkan larangan itu berakibat
dan di luar dugaan terjadi kerusuhan.
Sobana menyebutkan, kerusuhan terjadi secara spontasnitas dan tanpa
ditunggangi. "Kejadian ini spontan, " katanya meyakinkan.
Dia juga mengimbau aparat keamanan untuk bertindak arif dan tidak
diharapkan adanya penangkapan. "Petugas keamanan dimohon bertindak arif.
Yang melakukan kerusuhan itu ribuan orang," tuturnya.
Sementara hingga petang hari, kota Rengasdengklok masih dicekam suasana
ketegangan dan aksi pembakaran juga masih terjadi terhadap sebuah rumah
di sekitar terminal di kota itu.
Penjagaan ketat juga berlangsung dengan memblokir tiga jalur,yakni
Karawang-Rengasdengklok, Batujaya- Rengasdengklok dan Pedes-Rengasdengklok.
Toko-toko dan tempat perbelanjaan juga tutup serta bangke mobil yang
dibakar berserakan di tengah jalan.
Berhasil segera diredam
Aparat keamanan berhasil segera meredam aksi perusakan oleh sekelompok
masyarakat di Rengasdengklok atas beberapa rumah ibadah dan situasi
setempat kini sudah terkendali.
Kepala Penerangan Kodam III/Siliwangi Letkol CHB Herman Ibrahim menjelaskan
kepada pers Kamis bahwa peristiwa yang terjadi di desa Warudoyo, kecamatan
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Kamis pagi itu mengakibatkan tiga tempat
ibadah rusak setelah dilempari benda keras oleh massa setempat.
Kabar burung sebelumnya menyebut jumlah rumah ibadah yang rusak lima buah.
Tidak dilaporkan adanya korban jiwa dalam peristiwa itu.
Menurut Kapendam, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 06:00 WIB dan berhasil
dihentikan oleh aparat keamanan pukul 09:00 WIB.
Ia mengungkapkan, perusakan dilakukan oleh sekitar 500 warga yang marah
setelah termakan isu adanya perkelahian antara pribumi dengan non-pribumi.
Bermula dari sekelompok remaja yang sekitar pukul 03:00 dinihari berkeliling
desa menabuh gendang dan kentongan untuk membangunkan sahur kaum muslim,
suatu kebiasaan di berbagai daerah selama bulan Ramadhan.
Rupanya ada seorang warga keturunan China, disebut bernama Go Wi, menegur
kelompok pemuda itu karena merasa tidurnya terganggu.
Mungkin teguran itu dirasakan kasar, para pemuda itu tidak senang sehingga
terjadi perang mulut, yang kemudian berlanjut dengan pelemparan benda keras
ke rumah merangkap toko itu.
Beberapa saat berikutnya sekitar 500 warga berdatangan dan ikut melempari
rumah Go Wi, lalu merembet ke tempat ibadah agama lain.
Menurut Letkol Herman, petugas keamanan setempat yang mengetahui kejadian
itu segera memblokir jalan-jalan agar massa tidak terus merangsek ke
tempat lain. Sekitar pukul 09:00 WIB petugas berhasil mengamankan lokasi
kejadian.
Tentang pelaku yang ditangkap, Kapendam mengaku belum mendapat laporan
lengkap. "Tunggu saja perkembangan lebih lanjut, namun situasinya kini
dalam keadaan terkendali, " katanya.
Herman menilai, kejadian ini lebih disebabkan karena kesalah-pahaman
dan merupakan aksi spontan masyarakat. "Pendeknya, kasus ini bukan
masalah politik. Akhir-akhir ini kejadian semacam itu mudah timbul,
mungkin akibat pemberitaan yang tak proporsional, " ujarnya.
Patut Diduga Ada Pihak Ketiga
KSAD Jenderal TNI R. Hartono, menyesalkan terjadinya aksi perusakan
sejumlah tempat ibadah di Rengasdengklok, Jawa Barat, dan diperkirakan
ada pihak ketiga yang terlibat dalam aksi perusakan di Desa Warudoyo
Karawang itu.
Adanya keterlibatan pihak ketiga dalam kasus Rengasdengklok patut diduga
karena tidak mungkin hal kecil menyebabkan terjadinya kasus besar, serta
bukan perilaku bangsa Indonesia melakukan tindak perusakan, kata Hartono
menanggapi pertanyaan wartawan seusai acara buka bersama di Jakarta Kamis
malam.
Menurut KSAD, masalah perusakan tempat ibadah di Rengasdengklok itu masih
dalam penyelidikan, dan belum terlihat sama otaknya dengan kasus perusakan
di berbagai tempat lainnya.
Selain menyesalkan terjadinya kasus perusakan itu, khususnya di bulan puasa,
Hartono juga menyesalkan penyebab terjadinya kasus tersebut.
Menurut Hartono, pihak ketiga itu sampai sekarang masih dalam tahap penelitian,
dan ABRI akan menindak tegas sesuai hukum terhadap oknum-oknum yang terlibat
dalam kasus perusakan. ABRI tidak akan bersikap lunak dalam mengatasinya.
Hartono dalam kesempatan itu juga mengharapkan agar tidak hanya kerusakannya
saja yang dilihat, namun juga penyebabnya. "Kalau bisa, sampai ke belakangnya
karena tidak ada akibat tanpa sebab."
Hartono mengatakan, tindak perusakan di berbagai daerah sebenarnya tidak
merembet ke mana-mana. Karenanya, berbagai kejadian itu berbeda- beda latar
belakangnya, dan bukan sebab yang sama yang menimbulkan terjadinya
kasus-kasus tersebut.
KSAD mengatakan, laporan tindak perusakan di Rengasdengklok sudah diketahuinya
sejak Kamis (30/1) pagi, dan sampai pukul 11.00 WIB masih berlangsung aksi
itu. Pasukan keamanan pun sudah diturunkan ke lapangan.
Untuk mencegah terjadinya kasus-kasus serupa pada hari-hari mendatang,
Hartono mengatakan, bentuk antisipasinya adalah meningkatkan dan menyadarkan
masyarakat akan tanggung jawab masing-masing.
MUI mohon kesabaran
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menyerukan kepada kaum muslim
di wilayahnya agar bersikap lebih sabar dan lebih toleran terhadap penganut
agama lain serta tidak mudah terhasut untuk melakukan tindakan negatif
seperti pengrusakan.
"Kepada para ulama dan tokoh masyarakat kami meminta agar membimbing umat
di sekitarnya supaya tetap memelihara rasa persatuan dan kesatuan bangsa, "
kata Ketua MUI Jabar K.H.Totoh Abdul Fattah ketika ditanya tanggapannya
atas peristiwa pengrusakan sejumlah rumah ibadah di Rengasdengklok,
Karawang, Jawa Barat tersebut.
Dia juga mengharapkan umat Islam di Jawa Barat tidak mudah terpancing
oleh kabar yang belum jelas kebenarannya, yang dapat merugikan semua pihak.
Tokoh ulama itu mengimbau pula kepada semua pihak untuk tidak mudah
memberikan tanggapan atau ulasan terhadap sesuatu yang belum jelas.
"Jika kita terpancing oleh kabar atau ulasan yang belum tentu benar,
dapat menimbulkan dampak sangat merugikan, " ucapnya.
Dalam hubungan itu, dia menunjuk kaidah dalam hukum Islam yaitu "Al-Hukmu
qobla tabayyun dzulmun", artinya apabila menentukan sesuatu hukum sebelum
ada kejelasan sama dengan dzolim (semena-mena).
Kepada semua pihak, Totoh Abdul Fattah mengajak untuk sama-sama menahan
diri dalam menghadapi sesuatu kejadian, menjaga persatuan dan
kerukunan antar-umat beragama untuk kepentingan bersama.
"Manfaatkanlah MUI dalam menghadapi sesuatu masalah yang berkaitan
dengan kehidupan beragama, " ajaknya. Kepada para ulama di daerah tingkat
II se-Jabar, dia mengajak untuk tetap membimbing umatnya demi tetap
terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. (Ant)
Sumber:
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/01/31/0014.html
EmoticonEmoticon