Kesaksian Kasus Perkosaan Mei 1998
1. Saksi Pertama: Ibu Farida Gunawan
Pada tanggal 13 Mei 1998 saya berada di Cengkareng,tidak bisa pulang. Sekitar jam 18.00 sebenarnya saya sudah diingatkan agar tidak lewat jalan itu, tapi saya nekat. Benar saja, di Jl. Daan Mogot banyak massa. Saya lihat ada mobil dicegat massa. Akhirnya saya balik, mobil saya tinggal, ngasih uang Rp 15.000. Kemudian saya naik ojek ke jl. Peta. Saya kemudian naik mikrolet. Sampai di perempatan Cengkareng kendaraan distop massa,penumpang disuruh turun. Kaca mobil dipecah-pecahin. Bapak-bapak kemudian bilang “Ayoh, ibu-ibu ke sini”. Kita kemudian dikurung. Orang makin banyak,berdatangan dari berbagai penjuru. Toko-toko sudah tutup, mulai ada kebakaran. Sebelum gelap datang mobil taft yang juga distop massa. Ada yang bilang “Ada cinanya nggak?” Saya melihat seorang gadis ditarik dari mobil dan berteriak-teriak “Mama, Mama”. Anak gadis itu langsung disergap dan digerayangi, yang laki-laki dipukulin. Ada seorang laki-laki yang mulai mencoba menyentuh kemaluan gadis itu, tetapi diteriaki“He, punya Cina haram”. Kemudian anak gadis itu kemaluannya disodok pakai kayu. Nggak ada yang berani menolong mereka. Setelah korban ditinggalkan massa, ada seorang bapak mencoba menolong dengan memanggilkan taksi. Tapi tak ada taksi yang mau menolong. Akhirnya ada juga taksi yang mau berhenti. Mereka kemudian dibawa ke RS Graha Medika.
Saya menginap di Citra III dan baru pulang hari Jum’at. Pada hari Sabtu, 16 Mei 1998 saya pergi ke RS Graha Medika untuk menengok anak gadis itu. Tetapi mereka tak saya temukan. Saya coba cari ke UGD.Di UGD saya melihat seorang bapak, seorang ibu dengan anak gadisnya yang mukanya ditutup pakai seprei. Mereka bicara pakai bahasa Mandarin “Kita pulang ke mana?” Mereka mondar-mandir kebingungan. Kemudian saya menawarkan bantuan untuk mengantar mereka pulang, karena pada waktu itu sulit cari kendaraan. Saya tanya mereka “Rumah kamu kebakar?” Mereka mengangguk. Kemudian saya tawarkan pada mereka untuk menginap di rumah saya. Setelah berunding, mereka menerima tawaran bantuan saya dengan janji akan membayarnya kemudian. Saya mengantar mereka di rumah kosong milik saya di daerah serpong.
Pada Hari Minggu saya datang menengok mereka dan menanyakan apakah ada masalah dengan anak perempuannya. Kalau mau saya bawakan dokter. Mereka setuju saya bawa dokter. Dokter yang saya bawa bersedia menolong, asal dia tidak dilibatkan dalam masalah ini.
Pada hari Kamis, saya mengurus visa untuk mereka.Akhirnya mereka bersama 2 keluarga lainnya berangkat ke Perth, Australia. Saya hanya mengantar mereka sampai bandara. Dalam perjalanan anak gadis itu selalu menutup mukanya pakai seprei, sama sekali tidak berbicara. Mereka di sana dijemput anak saya dan tim relawan yang ada di sana. Dua bulan kemudian mereka menelpon saya, bertanya mengapa saya tidak datang. Mereka pesan untuk dibelikan celana dalam ketat 2 lusin warna hitam.
Pada tanggal 2 Juli saya berangkat ke Perth. Sesampai di rumah di mana mereka tinggal, saya melihat begitu banyak celana dalam dijemur. Setelah ketemu saya ibu itu menangis. Saya melihat anak gadis itu masih menutup mukanya. Setelah ketemu saya, gadis itu langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Pada saat itu saya mendapat laporan dari konselor yang menangani gadis. Konselor itu kewalahan dan menyerah karena korban sama sekali tidak kooperatif. Saya minta supaya diganti konselor lain yang bisa berbahasa Indonesia. Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis melihat anaknya seperti itu. Saya minta anak itu menuliskan saja apa yang ingin dia katakan.Tapi dia hanya mampu menulis “ke….”. Dan kemudian marah-marah. Saya menduga dia sebenarnya ingin menulis “kenapa”. Ibunya mengatakan kalau ingin pulang. Saya kasihan melihat mereka, rasanya pertolongan saya sia-sia. Mereka di sana jadi terasing. Di sana mereka juga tidak berani keluar rumah. Waktu itu saya rencananya akan pulang tanggal 16 Agustus.
Tanggal 15 itu saya datang lagi ke tempat mereka.Gadis itu sudah mulai mau bicara, tapi bicaranya sangat keras dan tidak jelas apa yang dikatakannya, karena dia masih juga tidak mau membuka mulutnya. Mulutnya tetap terkatup ketika dia bicara. Sekali lagi saya meminta dia menuliskan apa yang ingin dikatakannya. Dia bukannya menulis, tapi malah memukul-mukulkan pensil itu ke meja. Sementara ibunya kelihatan sudah seperti orang gila, rambutnya gembel dan jarang makan. Kerjanya mondar-mandir dan tangannya gemetar tiap memegang sesuatu. Gadis itu kembali marah-marah, masuk kamar dan mengunci pintu. Ibunya mengatakan kalau anaknya ingin bunuh diri. Pada waktu itu saya sangat marah dan kecewa.. Saya kasihan pada mereka, sebab mereka bukannya tertolong tapi malah menderita. Akhirnya sore itu saya beli racun: racun tikus, baygon dan tali. Kemudian terdengar gadis itu berteriakdari dalam kamar “Kenapa saya!” Saya kemudian menyuruhnya keluar. Dia keluar.Mukanya tidak lagi ditutup seprei. Ibunya berlari hendak menolong tapi malah ditendang.
Kemudian saya mengatakan padanya “Makan ini racun. Kamu berhak memilih hidup atau mati. Saya menyesal menolong kamu. Banyak orang antri untuk memperoleh visa, bahkan yang kakinya buntung menyeret-nyeret diri kepingin hidup, tapi kamu malah tidak tahu terimakasih. Biarkan mamamu pulang sama aku. Sebelum kamu mati, bayar hutang kamu.Lihat, ayah kamu kerja jadi tukang rumput di sini. Kamu benar-benar durhaka.” Saya jengkel sekali waktu itu dan tidak tahu harus berbuat apa. Biarlah kalau ada apa-apa saya siap menanggung. Setelah saya berteriak, gadis itu marah, masuk kamar dan kemudian mengunci pintu.
Malam itu saya tidak bisa tidur. Saya khawatir kalau racun itu benar-benar dimakan. Esok harinya sekitar jam 7.00 pagi saya datang lagi ke tempat korban. Ibu gadis itu sudah tidak lagi menangis. Saya lihat racun itu masih utuh. Saya mengetuk kamarnya, tapi kamarnya tidak terkunci.Saya masuk ke kamarnya. Saya lihat kamarnya berantakan, celana dalam ada dimana-mana (di kursi, di ranjang), padahal di jemuran sudah banyak celana dalam. Ternyata dia memakai celana dalam rangkap-rangkap. Ketika mandipun ternyata pakai pakaian lengkap (tidak telanjang). Saya melihat tubuh, muka dan tangan gadis itu penuh luka. Mukanya lebam-biru. Dia mau berbicara meski masih dengan mulut terkatup. Dia katakan,kalau ingin ganti nama. Dia juga ingin potong rambut. Saya kemudian ajak dia jalan.
Ketika saya ajak jalan, saya belikan dia hotdog. Dia malah muntah-muntah melihat hotdog yang tengahnya ada sosisnya. Demikian juga ketika melihat mie. Dia ingin makan tapi sulit menelan. Dia hanya bisa makan biskuit. Kemudian saya tanyakan padanya “Apakah kamu digituin pada waktu itu?”.Dia mengangguk. Saya menghiburnya dengan mengatakan, banyak gadis-gadis lain yang juga jadi korban. Dia marah, memalingkan mukanya dan berkata dengan mulutnya yang masih terkatup “Tapi saya lain!” Pada akhirnya dia menceritakan apa yang dialaminya pada saat kerusuhan itu. Dia diperkosa di rumahnya oleh 4 orang pria. Satu orang memegang kaki kirinya, satu orang memegang kaki kanannya, satu orang menindih badannya dan memperkosanya dan satu orang lagi diatas kepalanya, berusaha memasukkan penisnya ke mulut gadis itu. Cairan sprema menetes-netes ke muka gadis itu. Gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat. Saya mengerti kemudian, mengapa dia selalu mengatupkan mulutnya dan tidak mau berbicara.
Sekarang ini gadis itu masih berada di Australia,sudah ganti nama dan diangkat anak oleh keluarga di sana. Ibunya kembali bersama saya dan sekarang tinggal bersama anaknya di luar Jawa.
2. Saksi Kedua: Ibu Een
Dia mengatakan bahwa keponakannya, seperti yang dikatakan, trauma, eh alat cucinya (maksudnya alat kelaminnya) mengalami perkosaan. Dia tinggalnya di daerah Kapuk, tapi bukan di Pantai Indah Kapuk.Waktu itu kan mama-nya memang dia sudah pisah dengan suaminya. Jadi tanggal 13 Mei itu pulang ada rame-rame (Baca: kerusuhan), jadi susah cepet-cepet pulang.Waktu sampai di rumah, anaknya dalam keadaan pingsan, bajunya sudah nggak keruan. Waktu ditanya anaknya hanya nangis saja. Nah sesudah itu kan pindah-pindah terus. Saya dengernya waktu bulan Juli, menurut Bibinya sudah tidak mendapat mens selama 3 bulan, jadi dia pikir lebih baik diaborsi saja dan minta tolongnya sama saya hanya itu. Coba tolong mungkin ada orang yang bisa membantu untuk aborsi. Tapi saya sebagai orang Katolik kan tidak boleh, waktu itu saya dengar kabar, kayaknya kehamilannya kurang bagus gitu, jadi seolah-olah menganjurkan lebih baik abortus saja. Jadi saya berusaha sekali untuk mencari yang mau menolong abortus, ada juga yang menunjukkan, tapi mereka tidak mau dibawa-bawa namanya.
Jadi saya laksanakan abortus. Sesudah abortus, ketemu dua kali. Anak itu masih lima belas umurnya, orangnya kurus, dia memang kelihatannya bodoh gitu. Memang dia masih trauma. Belakangan saya ketemu lagi,Iiknya bilang, udahlah sudah selesai, saya sudah titipkan lagi, kemana gitu. Jadi sampai sekarang saya tidak ketemu-ketemu,. Iiknya bilang kejadian ini aib, jadi jangan disebut-sebut lagi.
Diskusi:
Penanya:
Jadi Ibu kenal ya (dengan korban)?
Saksi:
Tidak, hanya Tantenya.
Penanya:
Jadi teman ibu itu punya keponakan, katamya diperkosa.
Saksi:
Ya, dan tinggalnya di Kapuk.
Penanya:
Jadi Ibu Eny belum pernah ketemu dengan anak itu?
Saksi:
Oh ketemu, saya yang membawa untuk aborsi.
Penanya:
Umur berapa kira-kira?
Saksi:
Limabelas.
Penanya:
Ditanya ngga bagaimana kejadiannya.
Saksi:
Anak itu ngga mau cerita,hanya menyebut: rame-rame gitu aja.
Penanya:
Pada waktu itu Tantenya juga ngga tahu kejadiannya ?
Saksi:
Ngga tahu. Kan rumahnya juga jauh.
Penanya:
Di rumahnya ngga ada orang ?
Saksi:
Rumahnya kan memang ngga ada orang. Mamanya dagang kue, jadi selalu ditinggal. Tapi pada sore itu, mamanya ingin buru-buru pulang, karena ada rame-rame, jadinya agak terlambat. Jadi waktu ketemu itu anak sudah dalam keadaan pingsan.
Penanya:
Menurut Tantenya itu kejadiannya tanggal berapa?
Saksi:
Mei tanggal 13.Setelah kejadian itu kan Mamanya ajak itu anak ke rumah Tantenya.
Penanya:
Rumah tantenya di Kapuk juga ?
Saksi:
Bukan.
Penanya:
Ibu tahunya bulan Juli ya ?
Saksi:
Ya. Dan dimintai tolong untuk abortus,oleh tantenya.
Sri Hardjo:
Dan diabortus bulan Juli itu ya ? Berarti rumah dokternya, tahu ya ? Itu katanya diperkosa selama berapa lama? Dan oleh berapa orang ?
Saksi:
Berapa lama ngga tahu, tetapi (dilakukan) (ber)ramai-ramai.
Penanya:
Masih sekolah dimana ?
Saksi:
Di daerah Kapuk itu. Di (sekolah) negeri. Kayaknya masih SMP.
Zulkarnain:
Mungkin ada kerusakan, pendarahan?
Saksi:
Ngga tahu. Tantenya ngga cerita begitu.
Penanya:
Waktu itu masih ada orangtuanya, bapak ibunya?
Saksi:
Hanya mamanya. Papanya sudah pisah.
Sri Hardjo:
Jadi kejadiannya di rumah ya? Apa rumahnya nggadirusak atau dijarah ?
Saksi:
Ngga Pak, orang susah soalnya.
Sri Hardjo:
Oooh orang susah …
Penanya:
Jadi sekarang ngga bisa ditelusuri jejaknya?
Saksi:
Ya.
Sri Hardjo:
Yang penting, Ibu sudah ketemu, bukan hanya denger ya bu, tapi bener ketemu.
Gelgel:
Waktu di-abortus itu sudah berapa bulan?
Saksi:
Begini Pak. Waktu itu saya tidak bawa anaknya, datang ketemu dokternya.Saya ngebohong, mungkin karena ada yang ngajarin juga ya…jangan bilang kasus(baca: kasus kerusuhan), tapi pergaulan anak-anak terlalu bebas. Tapi waktu saya bawa anaknya, dokter itu tahu bahwa ini bukan (karena) pergaulan. Dokter panggil saya lagi, dia tanya saya. Dokter, saya minta maaf ya, karena saya terpaksa ngebohong, karena takut dokternya ngga mau.Jadi menurut dokter, ya sekarang sudah saya bantu. Jangan sampai hal ini terjadi.
Gelgel:
Bagaimana dokternya bisa tahu ?
Saksi:
Mungkin karena lihat anaknya (kelihatan) lain.
Penanya:
Ibu ini bersaksi, Tantenya itu tahu ngga ?
Saksi:
Kaya’nya ngga ya. Karena Tantenya menekankan pada saya, kamu jangan terlalu inilah, tolonglah saya, karena kan saya dagang,takut, nanti saya tidak bisa mencari makan.
3. Saksi Ketiga: Ibu Edith Witoha
…. memang saya menangani mereka, tetapi kalau saya ditanya seperti itu tadi seperti Bapak menanyakan itu tadi, saya tidak bisa menjawab, dan saya tidak mau menjawab, karena saya tidak boleh menjawab. Misalnya ditanya nama, saya tahu nama, alamat, saya tahu, dimana mereka berada, saya tahu. Tapi saya tidak boleh membuka. Karena saya adalah seorang konselor, dokter dalam bidang konseling, yang terikat sumpah.
Tetapi saya mengatakan bahwa korban itu ada, saya menangani 3 orang.ketiga-tiganya hamil. Dua digugurkan dan satu keguguran. Dan salah satu adalah anak berumur 14 tahun. Dan salah satu akibat dari perkosaan itu adalah ketiga-tiganya agak – seakan-akan—pikirannya hilang, tetapi yang paling nyata adalah anak yang berumur 14 tahun ini menjadi gila, agak gila.Tapi karena penanganan saya bukan adalah secara bukan secara psikis saja, tetapi penanganan secara kerohaniaan. Jadi waktu mereka datang pada saya, bukan pada hari yang sama, pada bulan Juli. Dan saya tangani secara kerohanian dan dari situ, dari cerita mereka yang membawa, pendamping mereka, Ibu mereka, saudara mereka, mereka ini adalah korban tanggal 14 Mei.
Yang satu diperkosa di rumahnya yaitu anak ini (14 tahun) ,Yang satu diperkosa di rumah calon suaminya. Yang satu diperkosa ditengah jalan,. Tetapi ketiga-tiganya hamil semua, dan pada waktu didoakan (karena ditangani secara kerohanian) terjadi manifestasi yang tidak sama dengan manifestasi pada orang yang diperkosa secara biasa.
Jadi entah itu karena pergaulan bebas, atau apa, lain sekali manifestasinya. Dimana gerakan-gerakan tubuhnya seakan-akan ada yang…(tidak jelas). Pengulangan kejadian itu, terjadi lengkingan-lengikingan yang sangat menakutkan, sehingga tanpa diberitahu bahwa mereka diperkosa, kita bisa tahu kok bahwa mereka adalah korban. Jadi saya tahu identitas mereka, satu yang anak yang umur 14 tahun saya kirim keluar dari Jakarta, saya sendiri yang mengirim, saya suruh keluar dari Jakarta.Yang satu masih di Jakarta, dan yang satu ke luar negeri. Yang di Jakarta ini melakukan aborsi dan yang di luar negeri pun melakukan aborsi.tetapi anak yang satu ini, ya karena saya sebagai umat beriman Katolik tidak melakukan aborsi, saya hanya minta kepada Tuhan, kalau memang diteruskan, ya terus, kalau ngga ya gugur,.Yang ternyata terjadi keguguran dua minggu setelah mereka datang pada saya.
Jadi itu yang bisa saya berikan. Sebagai seorang konselor saya tidak boleh membuka rahasia itu, saya tidak bisa berikan nama,alamat. Identitas umur bisa saya berikan. Kira-kira begitu. Kalau dibilang mereka semua dari keluarga berada,itu ngga, terutama anak kecil itu dari keluarga yang sangat-sangat tidak punya Hanya satu yang berasal dari keluarga berada, sangat kaya, yang diperkosa di tengah jalan itu. Pelaku yang memperkosa yang di tengah jalan rapi pakaiannya, rapi tapi seperti orang Batak, gelap pekat,berkeringat, dan bau alkohol. Dua orang.Waktunya sekitar gelap agak gelap, menjelang Maghrib, gelap-gelap terang.
Diskusi:
Sri Hardjo:
Terima kasih untuk informasinya. Saya mau tanya…
Saksi
Kalau diinterogasi saya ngga mau.
Gelgel:
Apa yang saya ketahui, belum tentu dapat diyakini oleh orang-orang. Sebenarnya Tim Pencari Fakta ini kan tidak menyidik, hanya menuangkan hasil ini di dalam laporan. Berita-berita itu begitu santer, bahwa di Indonesia ini ada perkosaan massal lagi.Dan berita ini sangat memalukan bangsa Indonesia, bukan hanya itu, mungkin untuk generasi mendatang,kita menjadi bangsa pemerkosa.Apa bener? Kalau ada,kita akui dengan dada yang lapang.. Atau yang Ibu ketahui, Ibu pasti yakin, tapi kita ini gimana sih, ciri-cirinya, bukan maksudnya akan membeberkan keluar gitu supaya menambah keyakinan anggota, dan tidak akan menanyakan siapa namanya dan dimana alamatnya, apalagi akan mendatangi, kan nggga mungkin. Tidak mungkin, justru Pak Sri akan mengucapkan terima kasih karena akan menambah data. Karena mengumpulkan data inilah, tujuan daripada Tim TGPF, bukan untuk mengajukan ke Sidang, bukan… Jadi kalau saya nanya itu tadi sebenarnya supaya di dalam laporan, korbannya ada.
Saksi:
Mungkin karena Bapak dari kejaksaan, jadi sampai alamat, Bapak menanyakan.
Penanya:
…. (kurang jelas). Ada tiga korban, satu 14, tahun,yang satu 32 tahun, yang satunya lagi 28.Nah yang masih di Indonesia yang mana Bu ?
Saksi:
Yang 14 dan 32.
Gelgel:
Bisa ngga korban menceritakan bagaimana kejadiannya ?
Saksi:
Bisa, karena didampingi oleh keluarga mereka yang mereka mendengar dari korban sendiri.Dan korban pun bisa diajak bicara, jadi dia bisa menceritakan. Kalau yang 28 itu dia dalam … pulang dari suatu tempat,melewati jalanan yang dia tidak tahu keadaannya, naik mobil kemudian diberhentikan oleh dua orang itu, lalu langsungditarik keluar. Supirnya tidak bisa ngomong apa-apa, karena dia diancam oleh yang lain. Kemudian waktu dia dijatuhkan dan diseret dari mobil, dan kemudian dia ditelanjangi di situ,dan akhirnya dia pingsan. Sekeliling dia teriak-teriak semua seperti orang yang melihat suatu kejadian dan mereka suka, tepuk tangan teriak-teriak.
Yang satunya, (yang berumur) 32 itu mungkin lagi sial,dia datang ke rumah calon suaminya, justru rumah calon suaminya dijarah, dan justru dia diperkosa di situ. Jadi calon suamnya tahu itu, dan yang paling mengerikan adalah anak yang 14 tahun ini. Ibunya tidak ada waktu itu, cuma ada dia dengan adiknya berumur 8 tahun, laki-laki. Dan waktu diperkosa, oleh banyak orang dia (adiknya) bilang. Adiknya musti lihat, musti nonton sehingga kata-kata yang dikeluarkan waktu itu ya cuma ngomong, lu janganng omong-ngomong, lu jangan cerita-cerita. Jadi anak itu masih punya rasa malu kalau adiknya bercerita begitu.
Ibunya waktu kembali kira-kira pukul sebelas malam dia menemukan dua anak itu di pojokan, dengan darah dimana-mana, yang karena dia tidak mampu, ya mereka tidak membawa ke dokter, mereka hanya membersihkan, dan diberikan obat-obatan Cina biasa, untuk menghentikan pendarahan, tetapi ternyata kemudian anak itu kemudian gila, dia tidak bisa ngomong apa-apa selain dia mengatakan “Jangan ngomong-ngomong”, terus begitu.
Dia mengalami trauma, ketakutan begitu. Pada waktu dibawa ke saya, dalam keadaan ngga waras.Semua keluarganya di Jakarta. Perbuatan perkosaan dilakukan massal ketiga-tiganya, mereka menjarah,dan membakar rumah itu habis.
4. Saksi Keempat: Ibu Hanna
Yang pertama, kawan saya sendiri, kenalan saya suka ketemu di salon.Tapi dia dari keluarga berada.Dalam perjalanan ke airport, tanggal 14, sudah agak gelap, dengan suami. Bermobil dengan sopir. (Sebelumnya) dipesanin, kalau ketemu banyak orang, kasi uang saja, terus ditabrak aja. Untuk menghadiri wisuda putranya. Dihadang banyak orang, tapi suaminya mungkin karena banyak orang, jadi berani buka jendelanya, tapi mobilnya ngga bisa jalan lagi,lalu berhenti. Dan kemudian istrinya dibawa keluar (oleh pemerkosa),dibawa kepinggir, kaya’kubangan,nah di situ beberapa orang, dia ngga bisa bilang persisnya, antara 3-4 orang,dia juga ngga bisa tahu karena sesudah itu semuanya memar, habis. Dan suaminya juga tidak berdaya, sesudah kejadian dia tergeletak,suaminya dipukuli, kemudian ada satu orang besar, ngga tahu dia bawa apa karena dia sudah ngga berpakaian,ada kain ditutupi,dan badannya ditutupi kain. Dia dibawa, suaminya juga bilang, tidak diantar ke rumah, tetapi ke rumah saudaranya. Terus pagi-pagi buta mereka dibawa sama mobil sayur,diantar ke airport, hanya bisa dapat plane ke Kualalumpur. Nah sampai di Kualalumpur, dia ditolong. Cuma tangannya ini yang jadi hancur karena dia di sini pada waktu diangkat dari mobilnya, dipukulkan ke mobil,ke kaca. Waktu kembali ketemu saya.orangnya sih baguis sekali, sekitar 40 lebih. Mereka kelihatannya bawa uang banyak. Dan uang itu habis sama sekali, kena rush sebelumnya. Sekarang orangnya masih di Jakarta, sudah berangsur-angsur (membaik).
Kalau yang lain, terjadi di daerah Cengkareng, mereka akhirnya mengungsi ke dekat airport, ada perumahan. Anaknya 4 perempuan satu laki-laki..Semua dari umur 12 sampai 26 tahun, sama satu anak angkat. Pada waktu diserang, karena toko kaca, kacanya dihancurin dulu sama sekali. Dan mereka bersembunyi di atas. Lalu mereka dipaksa turun, “ayo Cina-cina!” Itu perempuan-perempuan muda soalnya, Ibunya sih ngga diapa-apain. Ibunya ada,bapaknya ada, adik Ibunya laki-laki umur 42 tahun. Ia akhirnya kembali ke rumah karena mau ambil surat, ambil apa, tapi terus terbakar mati. Kalau kelima anak ini atau 5 anak anak dengan satu anak angkat mereka lari masuk ke kampung-kampung,terus ditolongi sama Ibu Haji. Dan ternyata di rumah Ibu Haji itu, Ibu Haji ini sudah banyak ngumpetin anak-anak sebesar-besar ini, dan mereka hanya digerayangi,dan tidak diapa-apain.
Kalau yang saya dampingi ialah (peristiwa) paska Mei ,yatim piatu, kost, diserang oleh tiga orang di rumah kostnya. Dia ingetnya dia dibekap, yang dua megangin ke sini. Ada besi siku untungnya ke senlah kana,jadi pecahnya tiu saluran kencing, dekat ginjal. Kejadian siang jam 2,tapi sudah lewat, dia baru pindah,dan umurnya 20 tahun. Karena dia tinggal sendiri,dan memang kos-kosan, dan tidak mengunci pintu, rame-rame tidak tahu apa, terus rasanya dia pingsan, dia bilang. Dan dia tanyakan pada saya — ini sekarang anaknya tidak apa-apa, sudah pulih sekarang, anaknya ngga apa-apa karena dia punya pacar. Dia bilang ngga dengan alat kelamin, tetapi dengan besi siku. Besi sikunya dua, satu masuk ke sini dan ditusukin ke sini,jadi sampai sekarang masih di sini masih sakit, dan dibawa keklinik gawat darurat, kejadiannya di Sunter. Dibuka dari puser ke bawah memang agak ruwet, dan akibatnya ada pelengketan-pelengketan dsb.Jadi memang sangat rumit. Kita sudah bawa dia ke luar, ke Singapura. Sebab tidak mungkin, kalau secara psikis, secara kejiwaan cukup oke keliahtannya,dia bisa ditanya. Cuma keadaan ininya yang serem.
Diskusi:
Penanya:
Kalau saya simpulkan ada tiga kejadian. Tanggal berapa kejadiaanya ?
Saksi:
Tanggal 14 Mei, di jalan menuju Cengkareng. Karena mereka mau pergi wisuda anaknya.
Penanya:
Tidak jadi berangkat ?
Saksi:
Ya. Dan pagi-paginya mereka dibawa dengan mobil sayur itu tadi. Saya juga ngga tahu darimana, kan dia diselamatkan. Pada waktu tergeletak, diangkut dengan mobil berkap terbuka. Orangnya ngga tahu, hanya badannya besar. Terus mereka ke KL, mereka ngga dapet tiket ke Singapura.
Sri Hardjo:
Mereka tujuan awalnya kemana ?
Saksi:
Ke State ya..
Gelgel:
Istrinya juga ikut ke KL ?
Saksi:
Oh iya, sekarang ini dia lumpuh, ngga bisa, karena bedahnya harus bedah …. pakai mikroskop. Waktu itu ngga bisa langsung dikerjakan. Terus, di sininya itu, bengkaknya besar sekali, dan itu yang dirawat.
Gelgel:
Mereka itu, suami-istri usia berapa ?
Saksi:
Suaminya saya ngga kenal, istrinya antara 43-45 tahun,soalnya anaknya yang paling besar sudah wisuda, ya.
Penanya:
Memang menetapnya di Jakarta, ya ?
Saksi:
Oh iya.
Gelgel:
Akibat dari perkosaan itu bagaimana?
Saksi:
Waktu itu dia sih agak ini ya, cuma sekarang agak pulih. Hanya karena kenal baik saja kebetulan ya, jadi saya cerita sekali aja, terus sekarang sudah oke sih ngga apa-apa, kaget aja dan takut, dsb.
Gelgel:
Kira-kira berapa orang yang .. ?
Saksi
Menurut dia antara 3-4 orang. Karena dia seperti mau tenggelam ya… rasanya. Itu kan yang banyak tanaman, kayak sawah… rawa ya.
Gelgel:
Lalu berobatnya itu di mana, di Indonesia atau di KL ?
Saksi:
Waktu itu di Kuala Lumpur terus lanjutannya kalau saya denger sih ke Singapura, karena lebih mudah, karena ada kenalan mungkin.
Gelgel:
Sekarang Ibu masih ada hubungan ke kawan Ibu itu ?
Saksi:
Masih ketemu-ketemu ya, kelihatannya ngga apa apa, tapi hati orang kita ngga tahu ya.
Gelgel:
Ya artinya orangnya trauma gitu…?? Pergi keluar negeri, menetap di ..
Saksi:
Ngga,suaminya juga tegar sih ya. Ngga tahu sih (baca: tidak tahu mengenai trauma atau tidaknya), beberapa hari itu ketemu.
Gelgel:
Gimana ceritanya Bu, yang sekeluarga itu ?
Saksi:
Tanggal 14 itu juga, tapi mereka tidak sampai terjadi perkosaan, tetapi mereka sudah diserang. Tetangga dari kampung belakangnya, ibu haji itu luar biasa (membantu,sambung Gelgel).
Gelgel:
Tadi yang gerayang-gerayang itu, gimana ?
Saksi:
Itudi rumah itu, di toko kaca itu. Kebanyakan mereka tinggal di atas, di belakang pokoknya seadanya, yang penting usaha, bisanya cuma itu.
Gelgel:
Rumahnya dibakar ya ?
Saksi:
Ya,habis.
Gelgel:
Disitu ada yang meninggal ya?
Saksi:
Adiknya istrinya, dia sudah keluar, kembali lagi, mau ambil surat. Kalau anak-anak tanggungnya itu semua sudah digiring ya. Waktu dalam perjalanan itu mereka memeng diserang, tapi tetangga mereka langsung diselamatkan ke rumah Ibu haji.
Gelgel:
Jadi tidak diperkosa ?
Saksi:
Waktu dijarah itu kebanyakan massa yang datang.
Gelgel:
Yang ketiga bagaimana ?
Saksi:
Yang ketiga, paska Mei ya. Saya ketemunya juga sudah lewat waktu jauh. Saya hanya mengantar ke RS Pluit untuk diperiksa lagi mengenai pelengketan, dan pada waktu itu ginekolognya, berkata, ini anak diperiksanya tidak bisa, saya baru tahu, hanya periksa ginekolog biasa, karena saluran kencingnya pecah, disambungin dengan pipa, dan pipa itu sebulan kira-kira, setelah itu harus dikeluarkan.Nah, pada waktu dikeluarkan itu mau diperiksa, waktu dia sangat kaku tegang,maka dia harus dibius, baru bisa dilakukan pemeriksaan.
Gelgel:
Sekarang keadaannya bagaimana ?
Saksi:
Menurut kami oke, karena dapat laporan mingguan dariSingapura. Jadi di situ dia tinggal di keluarga, jadi ada psikolog yang menangani pemulihan pendampingan, dan ada terus. Dan ada dana yang dia bisa ikut kursus. Hanya itu aja.
Sri Hardjo:
Itu dana, dia sendiri atau ?
Saksi:
Bukan, sebetulnya dana itu dari Singapura. Bukan dari saya sendiri. Bukan dari korban. Soalnya korban,surat semua sudah ngga ada ya, karena dia ngga kembali lagi ke kost-nya.
Sri Hardjo:
Kontak berapa kali sebulan ?
Saksi:
Mereka kasi progress report, karena komitmen yang disediakan sekitar 3 tahun. Karena rata-rata teori, ibu ini mungkin lebih tahu (maksudnya: Ibu Edith), konseling psikologi itu komitmennya 3 tahun,pemulihan tahap awal.
Sri Hardjo:
Kalau yang kedua itu, yang di Cengkareng, sekeluarga itu kenal atau ?
Saksi:
Kenal,saya sebagai Tim Relawan kan sering keluar masuk RS, nah itu saya ketemu.
Sri Hardjo:
Maksudnya dari awalnya sudah kenal ?
Saksi:
Ngga,ya di RS itu.
Sri Hardjo:
Saat ini sudah kembali ke rumahnya ya ?
Saksi:
Ya,hanya beberapa ada psikolog yang kita contact untuk mendatangi mereka, jadi mereka bisa dateng-dateng.
5. Saksi Kelima: Ibu Emny
Korban yang saya dampingi diketemukan oleh 2 orang ibu, dikategorikan korban kerusuhan Mei, ditemukan dalam keadaan pakaian minim,hanya pakai celana dalam, dengan badan yang babak belur kebiru-biruan dan mata yang bengap, dan kondisi korban sangat labil. Pada saat ditanyakan nama dan usia, dia menjawab dengan sangat susah.Omongnya susah sekali. Kita tidak menanyakan pada korban apakah korban perkosaan, tetapi dari ciri-ciri tubuh dan kondisi yang labil, kami bisa mengartikan bahwa ia mengalami penganiaayaan. Karena dari tubuh dan mukanya kelihatan biru-biru dan bengkak. Lalu korban tsb sekarang sudah mulai bisa berbicara, dan memilih-milih orang yang harus dipercaya, baru dia mau bicara.Dan kebetulan dia hanya mau berbicara dengan dua orang, termasuk saya. Dan waktu itu ada beberapa dari TGPF bertemu dengan korban. TGPF sendiri mengakui bahwa korban sulit diajak bicara, dia berbicara beberapa kali pada saya, dan mengatakan bahwa vaginanya sakit lalu dia mengatakan selama beberapa kali bahwa dia disergap oleh beberapa orang.
Kadang ia mengatakan orang jahat kadang ia mengatakan polisi, jadi kami tidak jelas ia disergap oleh siapa. Lalu kondisi lain, dia sangat takut pada laki-laki. Waktu itu sudah kami buktikan, karena ada seorang dokter yang mengatakan bahwa sudah saatnya dia diajak keluar untuk week end,saya mengatakan saya tidak menyetir sendirian, saya membawa suami saya, karena supir saya tidak masuk hari Minggu. Lalu saya katakan bahwa saya pergi bersama suami saya, karena suami saya yang menyetir. Karena kami pernah trauma, dia kabur dari mobil, saya tidak berani tanpa orang laki-laki. Dan saya kemudian pergi bersama dengan suami dan kakak suami saya. Begitu di luar, dia bilang dia mau pergi berempat, tetapi begitu sampai di pagar, dia kenalan sama suami saya,dan kakak suami saya (laki-laki), tapi dia memalingkan muka dan ketakutan sekali. Dia katakan, “Iik (dia memanggil saya Iik) saya tidak mau pergi.” Saya tanyakan apakah dia takut, dan ia mengiyakan.. Akhirnya (kami) tidak jadi pergi, tetapi suami saya kemudian membelikan siomay.
Kalau hanya ada saya, dia mau cerita banyak, kalau saya pergi dengan Tim Relawan beramai-ramai, dua atau tiga orang, sekalipun perempuan, dia akan gelisah sekali. Dia mau bicara dengan orang yang dianggapnya aman. Waktu itu, sebelumnya waktu baru ditemukan pernah dites untuk mengambil visum dokter. Pada saat dites jadi – maaf ya – kangkang gitu, ada seorang dokter atau mantri yang brewokan dan hitam (warna kulitnya) lewat, dia langsung spontan bangkit berdiri dan dia sampai saat ini akhirnya tidak mau diperiksa, dan selalu mengatakan vaginanya sakit. Dan beberapa minggu kami memberikan softex (pembalut khusus wanita), bukan karena mens, tetapi dia memang mengeluarkan darah cukup lama – saat ini sudah ngga (lagi). Waktu itu selama hampir sebulan mengeluarkan terus dan dia katakan ‘sakit’ terus. Dan selalu kami tes beberapa kali, sergapannya dimana, dia selalu memegang tangannya – yang memang biru memar. Dan kalau saya tanyakan (dilakukan) oleh siapa, dia selalu menjawab dengan kadang-kadang orang jahat, kadang-kadang polisi, jadi buat kami masih bingung. Tapi itulah kondisinya saat ini, masih sangat…jadi kalau saya mengajak dia mengingat kembali peristiwa itu, dia selalu mengatakan, “Iik, sudah dulu ya,” sambil memegang kepalanya, melanjutkan, “Yang sudah, sudah.”
Jadi korbannya saat ini labil sekali, tetapi sekarangini sudah agak lancar bicaranya. Tetapi yang pasti dia pilih-pilih orang. Dan saya menemukan catatan, dia menulis: kerusuhan, kebakaran. Dengan begitu, nampaknya ia mengalami itu (mengalami apa yang ditulisnya, pen).
Diskusi:
I Made Gelgel:
Itu korban memang sudah lama dikenal ?
Saya belum pernah mengenal korban sebelumnya.
Ceritanya bagaimana kok bisa mengenal korban ?
Korban diketemukan di kegelapan, antara malam dengan subuh,
Dimana?
Di Sunter.
Waktunya ?
Setelah kerusuhan
Tanggalnya berapa, tanggal 13, 14, 15 ?
Tanggal 16 Mei, dan kami sudah menyelidiki, Pak.
Rumahnya dimana ?
Sampai sekarang kami.. (dipotong oleh Gelgel)
Gelgel: “Cerita Ketemunya bagaimana ?”
Emny: “Jadi.. “
Dipotong oleh Gelgel: “Biasanya kan orang begitu pilih-pilih”
“Jadi dia diketemukan dalam keadaan dengan pakaian minim, sedang digerayangi oleh beberapa kuli bangunan (ooh, sahut Gelgel) dipegang payudaranya, dipegang-pegang bagian kewanitaannya, dari atas sampai bawah, malam-malam, tapi badannya sudah dalam keadaan memar biru sekujur badannya sampai ujung jarinya. Sampai sebulan lebih tandanya masih ada.
Diinterupsi Gelgel: Rumahnya ngga tahu ya ?
Emny: Dia cuma sering….
Gelgel memotong lagi: Dia ngga cerita soal rumah,alamat, keluarga, orangtua?
Emny: Sekarang dia sudah mulai ingat. Pernah kita tes,dia bilang Sunter. Kita bawa ke sana bersama beberapa rekan dari Tim Relawan ke Sunter, dan dia menunjukkan satu bank, dan kita puter-puterin, bener ngga yang dia katakan itu.Dan ternyata dia benar dia tetap ingat bahwa rumah makan sebelahnya salah satu bank. Waktu saya sampai di tempat tersebut, saya datang ke rumah makan itu, dan saya tanyakan, kenal ngga dengan orang yang di mobil itu. Yang punya, kaget sekali melihat,wanita itu memang sering berkeliling di Sunter. Lalu saya menanyakan dia kebank itu, dan bank itu kaget juga, karena dia nasabah yang baik, dan tidak pernah mengalami kegoncangan, dia jadi labil dan shock, sampai kaget, dia selalu berpenampilan. Rapi, cantik, ya memang cantik korban ini, dan pokoknya korban ini baik, nasabah lama mereka dan kaget, tapi saya tidak kasi tahu, kalau dia kenapa, cuma mereka Shock melihatnya, jadi orang sekitar itu mengenal sama orang ini, kaya “blank” dan Ibu itu dibawa ke Posko relawan di daerah Jawa Timur, kemudian salah seorang relawan menghubungi rumah aman, nah di situlah kami Tim Relawan melayani dia sebagai pendampingnya
Gelgel:
Jadi sejak kejadian itu sampai tanggal 16/17,dia berkeliaran ya, lalu langkah apa yang dilakukan ?
Emny:
Jadi Ibu itu dibawa ke Posko relawan di daerah Jakarta Timur, kemudian salah seorang relawan menghubungi rumah aman, nah di situlahkami Tim Relawan melayani dia sebagai pendampingnya.
Gelgel:
Apakah kemudian, setelah dia mulai tenang tidak dilacak alamatnya, alamat aslinya apa tidak ada upaya kearah itu ?
Emny:
Ya ada, tapi kan baru pemulihan, jadi dia memorinya baru mulai kembali, ia menyebutkan beberapa alamat, beberapa nomor telepon,saat ini kami sedang lacak, sudah mulai kooperatif dengan kami, tadinya masihtakut.
Gelgel:
Apa dari ceritanya apa bisa ditelusuri misalnya dilihat-lihat atau bagaimana ?
Emny:
Ya belakangan ini dia sering, dulu waktu baru ketemu,dia selalu bilang vaginanya sakit dan kami menemukan darah,memang itu bukan menstruasi,tapi belakangan ini kira-kira tiga mingguan yang lalu dia bilangdisergap dia pegang bagian yang pernah kami lihat memar.Dan dia tidak bilang kesemua orang bahwa dia disergap, hanya pada saya, dan dia selalu mengidentifikasikan saya dengan tantenya, dia mau menerima saya mungkin (karena)ia lihat kulit kami sama (warnanya).
Gelgel:
Jadi sampai sekarang belum tahu alamatnya ?
Emny:
Belum, kami sudah melacak beberapa tempat, dan dia bilang masih belum kelihatan jelas. Saya ketemu di tempat yang saat ini, dan(bisa) lebih (di)jelas(kan) oleh Mbak Ita.
Ita:
Jadi memang tidak mudah bagi Bu Emny, ….. (tidakjelas)
Emny:
Tapi kalau dia sudah mengatakan bahwa dia disergap ,dia lihat badannya itu saya perhatikan kalau saya datang lagi kelihatannya dia seperti ‘blank’ lagi,padahal hari ini dia fit saat bercerita begitu. Lalu pendamping yang di sana bilang dia tidak bisa tidur semalam, mungkin mengingat trauma (yang) tadi siang dia ceritakan kepada saya, lalu terpaksa harus dikasih obat lebih supaya dia bisa tidur.
Gelgel:
Sekarang Ibu sudah tahu, namanya siapa? Artinya kalau kepada kami dirahasiakan, apakah Ibu sudah tahu? Karena dia (pihak bank,maksudnya) bilang dia nasabah kami dan itu kan dicek kan? Bank-bank itu kanbisa memberitahu (siapa) namanya.
Ita:
Sudah tahu, tapi alamatnya belum jelas.
Emny:
Sudah kami datangi, tapi bank itu tahu alamat yang lama, alamat KTP. Sementara dia sudah pindah dari alamat itu, kita sudah cek,dia sudah pindah….. (tidak jelas). Dia adalah karyawati.Kalau di KTP nya sih dibilang single, dan kelihatannya orang Kalimantan,
Sri Hardjo:
Jadi sampai sekarang belum pernah ketemu keluarganya ya ?
Emny:
Belum. Dia bilang mau ke Kalimantan, mau ke Pontianak dia bilang. Dia selalu menyebutkan Kalimantan Barat. Saat dilacak ke alamat KTPnya, RT-nya menyebutkan memang dia pernah tinggal di sini, tapi sudah lama pindah dari sini.Dan sudah dicek di Kalimantan Barat namun tidak diketemukan.
Gelgel:
Darimana Ibu menarik kesimpulan bahwa itu korban kerusuhan 13, 14,15 Mei, dia kan mungkin saja, ya korban lainnya ya, atau anak brandal atau bagaimana ?
Emny:
Karena saya cukup lama berdampingan dengan dengan sang korban, saya melihat dari ceritanya dari mulai labil sampai memorinya teringat misalnya contohnya begini, beberapa waktu yang lalu seorang romo memperlihatkan seorang anak berusia 15 tahun, maaf, dengan pentil susunya digunting dalam keadaan berdarah di hadapkan pada Mbak Ita, itupun tanpa bercerita kita pun sudah tahu dia adalah korban perkosaan. Nah inipun seperti itu dia tak berkata kalau dia diperkosa tetapi dia selalu pada saat pertama diketemukan, dengan adanya darah dan tanggalnya beberapa hari setelah tanggal 15, dan diketemukan pun sudah dalam keadaan biru, terus bukannya kulinya kasihan karena melihat memar-memar, malah digrayang-grayang dan dia selalu mengatakan pada saya:vagina saya sakit ,dan memang ada darah, dan terus begitu. Karena saya dua – tiga hari seklai waktu masih di tempat penampungan saya datang ke orang ini, dan sekarang belakangan ini dia mulai cerita bahwa memang pada waktu itu dia disergap.Kalau saya tanya disergap sama siapa, dia selalu menjawab: oleh orang-orang jahat, bukan orang, tetapi orang-orang jahat.
Ita:
Ketika diajak keliling untuk melihat-lihat, setiap dia melihat bangunan-bangunan yang hampir roboh, dia menangis, dan dia tulis dibuku hariannya: kerusuhan, kebakaran. Menurut saya, kalau dia tulis begitu,berarti dia hadir pada saat itu terjadi.
Sri Hardjo:
Buku hariannya itu dia masih punya ?
Emny:
Nah itu waktu dia mau melarikan diri, karena mau tetap (pergi) ke tempat kost-nya di Sunter, tapi dia lupa persisnya di sebelah mana, karena dia labil kan. Nah dia senang pada orang yang punya rumah makan itu, karena dia diladeni setiap datang ke rumah makan itu. Waktu kita mau pergi pulang, dia tidak mau masuk lagi ke mobil saya,dia mau pergi sama orang itu, dan kebetulan bukunya dipegang orang itu,jadi kita pisah mobil, jadi pulang dengan orang tersebut.Nah bukunya sama orang tersebut sampai saat ini saya lupa ngga minta.
Sri Hardjo:
Alamat tempat kostnya ada ?
Emny:
Tempat kost dia menyebutkan Sunter, tapi tidak jelas Sunter mana.
Sri Hardjo:
Bisa ngga dia cerita kejadian apa yang dia alami ?
Emny:
Saat ini dia cuma bisa cerita: disergap itu. Sudah ada kemajuan (sekarang),dan kalau saya nanya tidak berani, gimana ya kasihan kalau trauma lagi.Saya melihat saja nangis,gimana saya mau nanya
Sri hardjo:
Ya bertanyanya,tidak seperti interogasi?
Emny:
Cerita disergap itupun kalau kita sedang berdua,cerita-cerita, pegang kepalanya, terus berkata “Udah dulu ya Iik, yang sudah,sudah”, dia bilang begitu.
Gelgel:
Hal yang paling berat ialah mencari data untuk meyakinkan orang, bahwa perkosaan itu ada, gitu lho.Sementara dari hari ke hari pemberitaan di media elektronika,ucapan-ucapan pejabat, kemarin itu meragukan, dan sekarang ini kejadian itu harus ada dipegang yang konkret, bagaimana ada wanita kok alamat tidak ada, identitas seminim mungkin, karena itu korban kerusuhan atau jarah saja atau korban perkosaan kita belum bisa menarik kesimpulan ke arah itu
Sri Hardjo:
Begini, Bu ya, saya terimakasih. Ini kan namanya kesaksian, ibu sebagai saksi yang mendampingi, kami terimakasih. Mudah-mudahan nanti akan ada waktu yang sangat baik.TGPF ini paling tidak selesai 23 Oktober,jadi ini ada kesaksian kami terimakasih, alamat belum namun alamat sekarangkita sudah tahu. Jadi ini sangat bagus. Dan TGPF ini bukan penyidikan. Syukur kalau sampai pada pengaduan korban.
Gelgel:
Di Jakarta ikut orang tua atau bagaimana ?
Emny:
Kost di Sunter itu dia bilang.
Gelgel:
Keluarganya di Kalimantan Barat ya ?
Emny:
Ya, Ibunya sudah meninggal, dia tidak tahu ayahnya dimana ? Dia hanya dua bersaudara, kakak laki-lakinya di Bogor tapi tidak tahu(persisnya) dimana. Alamat yang dicari dari KTP, tapi KTP-nya juga sudah kedaluarsa.
Zulkarnain:
Bagaimana waktu diketemukan ?
Emny:
Biru-biru.
Zulkarnain:
Maksud saya, badannya kotor atau baru atau bagaimana ?
Emny:
Itu yang menemukan dua orang. Yang menemukan bukan saya, tetapi dua orang ibu.
Ita:
Bu Eny adalah pendamping yang dipercaya sampai sekarang oleh korban. Kami dari tim relawan tidak dipilih, korbanlah yang menentukan. Tapi pada saat pertama yang menemukan adalah TR…… (tidak jelas).ditemukan sedang dikerumuni sekelompok laki-laki………
Emny:
Dan dia bilang rata-rata 3 kali sebulan ke salon. Jadisaya mengambil kesimpulan bahwa dia bukan gelandangan. Ketika saya tanyakan untuk apa ke salon, dijawab untuk creambath, cuci muka. Salonnya dimana ? Di Johnny Andrean.
Gelgel:
Pengecekan di tempat kostnya, ada yang kenal ngga ?
Emny:
Yang kenal itu ya rumah makan (pemilik) tadi. Dan orang di BCA tadi. Mereka kagetnya luar biasa waktu melihat kondisinya. Ngga menyangka.
6. Saksi Keenam: Ibu Palupi
Ada dua orang datang pada hari Sabtu kemarin dari Surabaya, diterimanya di Penginapan Bumi Asri Jaya, Jl Solo No. 4. Mereka datang didampingi oleh seorang pendamping dan seorang dokter, dari Surabaya pada sore hari Sabtu tanggal 3. Rencananya hari Minggu pukul 10.00 itu kami ketemu karena mereka maunya ketemu dengan Komnas,jadi sudah ada beberapa: Pak Marzuki, Ibu Saparinah, Pak Asmara Nababan.
Kemudian pada malam hari pukul 11.00 mereka sudah bersedia bertemu dengan beliau-beliau ini. Sang anak yang berumur 28 tahun itu sangat menggigil. Giginya gemetar, kakinya juga gemetar dan sudah tak dapat berkomunikasi lagi. Ini dimulai ketika dia turun dari bandara. Melihat penjemput begitu banyak, anak ini langsung mencengkeram-cengkeram pendampingnya. “Aduh saya takut, ini ada kerusuhan lagi,” dia bilang begitu.Sebetulnya acara hari Minggu mereka mau jalan dulu, akan jalan-jalan dulu, tetapi ketika di Bandara kondisinya seperti itu, mereka urungkan, ngga jadi keluar.. Saya di rumah saja saya takut, jadi dokternya memberi obat penenang. Ketika gigi dan kakinya gemetar, kemudian Ibunya ketika melihat anaknya seperti itu,dia bilang lebih baik besok saja saya yang ngomong, anak saya ngga usah ngomong, anak saya ngga usah, ksihan dia masih gadis. Si ibu ini mondar-mandir keluar kamar, kemudian mengatakan besok apa saja yang ditanyakan, dan kelihatan sekali si Ibu juga mulai persis seperti anaknya.
Mereka diperkosa pada tanggal 14 Mei 1998, jam sembilan malam, karena kejadian itu (baca:kerusuhan) di Surabaya itu malam.Ibunya diperkosa oleh 6 orang, anaknya diperkosa oleh 4 orang. Ibunya umur sekitar 50-an, pada waktu itu mereka dijemput IDI di belakang lemari ketika kerusuhan itu di rumahnya.Rumahnya dijarah habis, kemudian yang terakhir itu tidak menemukan apa-apa dan lemari digulingkan. Yang nolong tetangganya, diberi baju karena mereka telanjang. Oleh aparat yang datang kemudian, aparat ini bilang, “Ke tempat kami saja, ke kantor, Koramil atau mana… saya tidak tahu.
Kemudian dijemput kakaknya, jadi anak laki-lakinya. Ibu ini mempunyai tiga anak, satunya perempuan, dijemput dan dibawa ke Depkes, yang di penginapan ketemu oleh Ibu Saparinah dan Ibu Nursyahbani.
7. Saksi Ketujuh : Ibu dr.Didie
Didie:
Apakah dengan tanya seperti itu, ada nilai lebih dari victim-victim saya, atau cuma gitu aja, maksudnya ada nilai lebih,itu apa ada gunanya.
Sri Hardjo:
Ada gunanya. Jadi Ibu ini sebetulnya pahlawan juga ya bagi saya, bagi Tim ini. Kita juga susah.
Saksi:
Saya lebih mikirin victim-victimnya daripada pahlawannya. Saya kerja di suatu klinik, suatu unit pre-natal. Pada hari Jumat, saya kedatangan dua orang perempuan, anak dan ibu. Satu ini namanya Liana, mahasiswi.
Pada waktu itu saya nggak sadar kalau ada perkosaan.Saya juga jadi korban penjarahan dan pembakaran. Cuma saya mikir, pasien yang datang ini lain sekali dengan pasien-pasien biasanya. Mereka masih stress gitu. Akhirnya saya kaget setelah melakukan pemeriksaan sendiri. Saya temukan masih ada cairan sperma dan dari cairan itu (on the spot) saya melihat ada 3 motilnya. Tapi setelah keringtampak ada 5 motil. Ini berarti anak ini telah diperkosa sedikitnya oleh 5 orang.
Terus saya ketakutan dapat dua hari, saya telepon OomGerry, “Oom gimana nih ?” (Dijawab) “Udah deh Cina-cina jangan ikut-ikutan, hancurin semua.” Jadi itu saya hancurin, saya buang ke sampah semua, kalau ngga, masih bisa diperiksa, sperma kering itu bisa, tapi sudah ngga ada, karenasaya takut, saya telepon dokter saat itu,dibilang buang aja, sekarang ini gawat. Menurut anak itu kemarinnya dia disergap oleh tiga belas orang.
Setelah yang pertama itu datang lagi yang lainnya tapi nggak berurutan. Tetap bulan Mei, ada yang datang pada bulan Juni. Yang jelas ada 7 pasien korban perkosaan yang saya periksa, 8 pasien yang lain hanya datang sekali, saya tidak hafal siapa mereka.
Saya coba untuk ketemu orang-orang lain, maksudnya orang Melayu, bukan orang Cina, ….Di antara korban ada yang namanya Titin. Dia tanya saya “Tante gimana?” Saya jawab, “Ngga usah takut. Janda saja laku kawin, kamu cakep-cakep,operasi plastik juga jadi perawan.” Sebab saya ngga tahu gimana arahnya pembicaraan itu, tapi yang terakhir saya bawa ke rumah makan Padang, Nasi Kapau itu, deket Senen, saya bilang kita cari yang murah deh kita ngga ke mall lagi, dia makan, cicipin tapi dia pegang rok saya terus, “Ngga ah,saya ngga doyan ginian.” Di depan supir taksi, depan yatim piatu, dia terus pegangi rok, kaya’nya ketergantungan sama saya. Sehingga teman saya bilang,“Lu harus lepasin, kalau lu pergi keluar negeri, gimana? Ya sudah nasib, saya bilang.“Lu mesti lepasin, karena kalau lu mati gimana ? Karena mereka itu cinta sama saya sekrang jadi gimana saya hanya bisa nolongi segitu tidak bisa lebih, dan kalau saya ajak ke mall tidak minta banyak. Tapi kalau pulang saya kasi uang Rp20,000. Kaya’nya ngga ada yang parah-parah, tetapi yang satu itu ngga terlalu muda, mungkin 14 sampai 16 tahun umurnya, sudah gede,… memang itu ruptur Pak, dari vagina sampai dubur itu pecahnya ngga keruan.Kalau yang lain normal.
Tapi saya bukan psikolog jadi saya gitu aja, ngga ngerti mereka diperlakukan bagaimana. Saya ajak jalan, saya ajak makan,orangnya sih semua ada, jadi kalau mereka temuin saya, saya ngga mau kalau nanti telepon saya disadap, saya kasi hand phone, setiap kali mereka mau ketemu, saya di handphone saya, biasanya Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu. Jadi mereka selalu hand-phone saya, saya bilang kamu ada di daerah mana, di daerah Sunter atau di mana nanti kita carikan yang terdekat, biasanya ke mall, terus ketemu, makan, tapi ngga selalu saya tanya lho, karena kejadian ini… karena saya seperti temen sama mereka dan sisanya sampai sekarang yang deket tujuh,tadinya lima belas, tapi yang delapan ngga mau. Hanya tinggal tujuh saja.
Palupi:
Mungkin saya bisa menambahkan untuk memperjelas. Mbak Didik ini agak gugup. Jadi Mbak Didik ini pada kasus Mei itu kedatangan 15 korban perkosaan, tetapi yang delapan itu hanya datang sekali, sedangkan yang tujuh itu sampai sekarang ini masih tetap berhubungan.
Mbak Didie:
Korbannya saya ingat semua,yang tujuh ini.
Sri Hardjo:
Alamat tahu ya?
Mbak Didie:
Alamat nggak, karena saya kalau pasien di klinik saya tanya alamat mana.Tapi kalau kasus ini saya ngga mau karena saya ngga perlu. Tapi kalau mereka susah cari saya.
8. Saksi Kedelapan: Ibu Karlina Leksono
Pada bulan Juli saya ditelpon dokter yang pernah merawat saya di Belanda. Dokter itu memberitahukan bahwa di rumahnya ada seorang korban perkosaan bersama dua orang saudaranya. Dokter itu menelpon saya karena dia tahu saya akan pergi ke luar negeri dan meminta saya untuk menemuinya. Anak gadis itu tinggal di rumah dokter itu dan dalam perawatan psikiater. Saya bersama Romo Sandyawan menemui dokter itu dan bertemu dengan anak itu. Gadis itu diperkosa di rumahnya di daerah Jakarta Barat pada tanggal 13 Mei 1998. Gadis itu diperkosa oleh 5 orang. Setelah kejadian korban dibawake Belanda. Gadis itu masih muda, berumur 22 tahun. Dokter itu mau memberikan keterangan tertulis bila diperlukan.
Yang kedua adalah anak teman saya. Dia berumur 16tahun, diperkosa pada tanggal 14 Mei di rumahnya. Anak ini sekarang dalam perlindungan seorang Italia. Setelah kejadian, ibu dan pendampingnya berusaha membawa anak itu ke dokter tetapi tidak pernah berhasil. Anak itu mengeluh vaginya nyeri tetapi menolak ketika dibawa ke dokter. Dia bilang kenapa harus dibawa ke dokter, khan dokter itu bisa kasih obat. Baru tiga minggu kemudian anak itu mau dibawa ke dokter. Sesampai di dokter, dan siap pemeriksaan, anak itu menolak dan marah-marah. “Beri saya obat saja”, katanya. Akhirnya dokter hanya memberikan obat dan pengetesan kehamilan dilakukan sendiri di rumah.Sejak kejadian itu, anak ini lebih banyak diam dan bengong (blank).
Korban yang ketiga itu terjadi setelah Mei. Dia diperkosa di taksi, setelah dibawa berputar-putar selama 9 jam. Sebelum diperkosa, dia mengalami teror verbal. Dia dipaksa mendengarkan pelaku pemerkosaan bercerita tentang apa yang dia buat saat kerusuhan Mei: memperkosa gadis-gadis Cina umur 9-16 tahun. Dia bercerita juga bagaimana dia memotong payudara. Korban diperkosa oleh 3 orang. Satu orang mengancam leher korban dengan silet, satu orang memperkosa dan satu orang lainnya bermain game watch.
9. Saksi Kesembilan
Saya juga menangani korban perkosaan di Bekasi. Saya dibawa pasien saya, yang adalah tetangga korban untuk menolong keluarga yang jadi korban perkosaan. Waktu saya datang suami korban menolak dan tidak membukakan pintu. Akhirnya dia mengijinkan saya masuk. Dari cerita mereka saya tahu, yang diperkosa adalah istrinya (yang punya bayi berumur 2 bulan) dan 2 anak perempuan umur 6 dan 9 tahun. Saya lihat kedua anak itu berputar-putar ketakutan. Saya kemudian meminta ijin untuk memeriksa dan menolong anaknya.Saya melihat istrinya hanya duduk diam, pandangan matanya kosong. Suaminya tidak bisa kerja lagi karena istrinya seperti itu. Istrinya sangat stress ketika menyaksikan putrinya yang berumur 6 tahun diperkosa. Akhirnya bapak itu mengijinkan saya memeriksa putrinya. Setelah saya periksa, tampak anak yang berumur 6 tahun ruptur sampai ke anus dan kondisinya memprihatinkan. Saya katakan pada bapak itu kalau anaknya mesti dibawa ke rumah sakit dan saya akan membantu. Tapi bapak itu menolak dan mengatakan “Biar sampai mati mereka akan biarkan anaknya seperti itu. Ini aib”. Sejak kejadian itu, anak korban yang berumur 2 bulan dirawat oleh tetangganya karena ibunya sudah tidak mau menyusui dan tidak lagi peduli dengan bayi itu.
Sumber:
http://kabarinews.com/kesaksian-kasus-perkosaan-mei-1998/31292
EmoticonEmoticon