TRAGEDI JAKARTA 1998, SEBUAH GERAKAN MAHASISWA

June 17, 2014

TRAGEDI JAKARTA 1998, SEBUAH GERAKAN MAHASISWA


Image
Hidup Mahasiswa Indonesia, Hidup Mahasiswa Indonesia! Itulah yang sekarang banyak dilontarkan oleh para Mahasiswa di Indonesia, disini saya akan bercerita tentang Sebuah Gerakan Mahasiswa yang menjujung aspirasi dari rakyat tetapi berakhir dengan sebuah tragedi, Pada Mei 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terbilang parah. Inflasi meningkat, pengangguran dimana-mana, serta ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja pemerintah yang terbilang lamban dan korupsi yang semakin merajalelea. Pada April 1998, Tepatnya saat Soeharto kembali menjadi Presiden, mahasiswa  dari berbagai Universitas di seluruh tanah air menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran yang meneriakkan aspirasi rakyat dan menuntut pemilu ulang. Tapi kenyataannya mahasiswa malah dipukuli oleh aparat karena dianggap menimbulkan kerusuhan. Pada 12 Mei 1998, di Universitas Trisakti yang tempatnya tidak jauh dari gedung DPR, mahasiswa berdemo turun ke jalan, pada mulanya demonstrasi diselenggarakan di dalam kampus sesuai dengan anjuran aparat, namun mahasiswa lama-lama tidak terima karena dikekang oleh aparat, mahasiswa menuntut untuk berdemo di gedung DPR agar apsirasi mereka bisa langsung disampaikan kepada pemerintah.  Akhirnya para mahasiswa nekat dan hujan peluru pun menghantam mereka, parahnya 4 mahasiswa tewas dalam tragedi ini. Dua hari berselang, tragedi Trisakti memicu terjadinya kerusuhan kembali yang mengakibatkan ratusan orang tewas. Demo masih kembali terjadi, seminggu dari kejadian Trisakti, mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR. Di Istana Merdeka, Soeharto berpidato bahwa ia tidak mampu mengendalikan kerusuhan, Soeharto juga gagal mendapatkan dukungan dari ulama dan tokoh masyarakat, akhirnya  Soeharto pun mengundurkan diri, ditambah lagi Soeharto sendiri mempunyai masalah internal dengan 14 menterinya. Usai pidatonya, B.J Habibie yang semula menjabat sebagai wakil Presdien , langsung diangkat sumpahnya sebagai Presiden Republik Indonesia dihadapan pimpinan Mahkamah Agung. Pada 13 Oktober 1998, mahasiswa bersorak atas turunnya Presiden Soeharto yang dianggap mempengaruhi stabilitas nasional, mahasiswa ternyata juga menolak dengan pengangkatan Habibie sebagai Presiden, para mahasiswa menganggap Habibie sama saja dengan Soeharto, kroni masih berkuasa dan militer tampaknya masih melindungi pemerintah. Mahasiswa beranggapan bahwa reformasi justru menjauh dari harapan, dan menuntut Habibie turun saat itu juga. Pada 1 Oktober 1998 mahasiswa kembali berdemo, mahasiswa menganggap militer yang dibentuk dengan tujuan melindungi Negara itu jauh dari harapan, mahasiswa menuntut mencabut dwifungsi ABRI , karena ABRI dianggap tidak berguna. Pada 28 Oktober 1998, ketika mahasiswa berdemo, aparat keamanan yang sudah habis kesabarannya beraksi berlebihan dan mengerahkan serdadu senjatanya untuk menghadapi mahasiswa. Dalam pandangan militer, mahasiswa dianggap musuh Negara yang tidak bisa diatur. Puncaknya saat menjelang sidang istimewa MPR untuk mempersiapkan pemilihan umum, mahasiswa menolak sidang tersebut, karena pesertanya berasal dari penunjukan era Soeharto. Mahasiswa sendiri menuntut suatu sidang rakyat dengan perwakilan yang terpecaya, selain itu para mahasiswa menginginkan pembentukan Komite Rakyat Indonesia dan menurunkan harga bahan pokok. Akhirnya sidang tetap saja dilaksanakan, sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun ke jalan dan aparat pun memberikan sikap yang tegas, pada malam penutupan sidang terjadi penembakan di Jembatan Semanggi. 13 November 1998, terjadi kerusuhan di Semanggi, bahkan lebih parah dari kejadian Trisakti, sampai larut malam pun mahasiswa masih harus berhadapan dengan aparat keamanan, alahsail 7 mahasiswa tewas pada pertempuran ini. Pada 18 November 1998, Sehubungan dengan berakhirnya sidang istimewa, mahasiswa kembali turun ke jalan dan menuntut sidang rakyat sejati.  Salah satu keputusan sidang istimewa adalah menyelidiki kekayaan keluarga dan kroni Soeharto dan mengadilinya. Namun Habibie yang sudah beberapa bulan menjabat sebagai Presiden tak kunjung juga menyelidiki kekayaan mantan Presiden itu. Mahasiswa kembali turun ke jalan untuk menuntut kebenaran, keterbukaan, dan keadilan. Untuk menyamarkan kesatuan dalam terjadi bentrokan, pada 24 Noveember 1998, tentara mengganti baret aneka warnanya dengan topi rimba, walaupun demikian mahasiswa masih bisa mengenali para mariner karena mereka selalu mennyembulkan baret merah jambunya. Karena banyaknya kasus pelecehan seksual kepada wanita di Indonesia, pada 15 Desember 1998 mahasiswi berdemo dimana pesertanya semua perempuan. Setelah peristiwa Semanggi, tepatnya beberapa minggu sebelum bulan Suci Ramadhan, mahasiswa kembali turun ke jalan dengan tujuan untuk revolusi, bukan lagi untuk reformasi damai. Mereka sengaja melakukan itu demi membalas perlakuan kasar militer terhadap rekan mereka, walaupun pimpinan mahasiswa sudah mengerahkan agar tidak terjadi kerusuhan tetapi mahasiswa tetap ngotot, tepatnya di Taman Ria, demonstran berhasil memasuki garis batas polisi dan memukul mundur aparat keamanan yang dulu sulit dikalahkan oleh mereka. Kini mahasiswa tak lagi gentar, dan perjuangan pun terus berlanjut. Hidup Mahasiswa Indonesia!


Sumber:
http://gunturuyeah.wordpress.com/2012/06/27/tragedi-jakarta-1998-sebuah-gerakan-mahasiswa/

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »