Rengasdengklok Tenang Kembali

June 16, 2014
Kompas Online
Jumat, 31 Januari 1997
                                      
     _________________________________________________________________
                                      
Rengasdengklok Tenang Kembali

   Karawang, Kompas
   
   Situasi keamanan di Rengasdengklok, Jawa Barat berhasil dikuasai
   aparat keamanan. Keadaan mulai tenang kembali. Tidak ada korban jiwa.
   Namun pemerintah daerah setempat tidak mengetahui dari mana massa
   berasal, sebab tidak ada warga Rengasdengklok yang terlibat dalam
   peristiwa Kamis kemarin.
   
   Sepanjang hari Kamis (30/1), kerusuhan melanda Kecamatan
   Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Puluhan kendaraan
   dirusak dan dibakar, puluhan toko dan rumah penduduk dirusak, dan
   sejumlah tempat ibadah juga dirusak dan dibakar. Dalam kerusuhan ini
   tidak dilaporkan ada korban jiwa.
   
   Meskipun situasi telah berhasil dikendalikan dan dikuasai aparat
   keamanan, namun sampai berita ini diturunkan Kamis sore, masih terjadi
   aksi-aksi pembakaran secara sporadis di luar "lingkar dalam" kota
   Rengasdengklok. Suasana masih terasa tegang. Ratusan aparat keamanan
   yang terdiri dari dua SSK (satuan setingkat kompi) Batalyon 305, enam
   SST Brimob, Batalyon Arteleri Medan 9, personel dari Gegana, dan
   sekitar 100 personel dari Polres (Kepolisian Resor) Karawang, terus
   berjaga-jaga di setiap sudut jalan.
   
   Situasi kota Rengasdengklok porak poranda. Sejumlah "bangkai" mobil
   dan kendaraan bermotor yang masih mengepulkan asap karena dibakar
   massa, berserakan di jalan raya, bercampur baur dengan berbagai sampah
   pembakaran lainnya, seperti mesin cuci, kursi, sepeda, buku-buku,
   gentong sampah, juga batu-batu kali.
   
   Puluhan toko yang berderet sepanjang jalan raya dalam keadaan rusak.
   Pusat pertokoan yang berada di kawasan Warudoyong adalah yang paling
   parah kerusakannya.
   
   Kompas/arb
   ____________________
   Agar rumah dan toko mereka tidak dirusak atau dibakar, ba-nyak di
   antara warga masyarakat yang menandai rumahnya dengan tulisan
   "Muslim", atau "Milik Muslim". Beberapa juga menyampirkan sajadah di
   depan pintu rumah atau pagarnya.
   
   Gedung Bank Pantura Abadi yang juga diamuk massa, termasuk mengalami
   kerusakan parah. Selain seluruh bangunan fisiknya rusak dan kondisi di
   dalam gedung porak poranda, hal yang paling menyedihkan menurut salah
   satu karyawannya adalah rusaknya data base bank tersebut. Di halaman
   belakang bank tersebut tampak empat buah mobil dihancurkan, salah
   satunya hangus terbakar.
   
   Data terakhir yang diumum-kan Bupati Karawang Dadang S Mochtar adalah
   26 mobil di-rusak dan sebagian dibakar, 77 rumah dirusak, 4 pabrik
   dibakar, 73 toko dirusak, 1 sekolah dirusak, satu bioskop dirusak, dua
   buah bank dirusak, 1 sepeda motor dibakar, empat gereja dirusak (satu
   di antaranya di-bakar), dua vihara dirusak (satu di antaranya
   dibakar).
   
   Menjelang tengah hari, situasi sebetulnya sudah dapat dikendalikan,
   namun massa tidak bi-sa dibubarkan. Mereka terus bergerombol di pusat
   kota. Kumpulan massa ini terus bertambah, sampai akhirnya sekitar
   pukul 14.00 terjadi lagi aksi pembakaran pada Vihara Surya Adiguna,
   yang pagi harinya sudah hancur dirusak massa.
   
   Aparat keamanan kemudian mengambil tindakan tegas dengan membubarkan
   massa dan mengejar mereka yang masih tetap berkumpul. Massa pun
   kemudian berlarian ke gang-gang di sekitar jalan raya sambil
   ber-teriak-teriak. Sebuah helikopter berputar-putar di udara sambil
   meneriakkan agar massa menahan diri dan membubarkan diri. Tindakan
   aparat keamanan ini cukup efektif, kota Rengas-dengklok kemudian
   menjadi sangat lengang, karena penduduk tidak diperkenankan keluar
   dari halaman rumahnya. Jl Tuparev, Jl Ahmad Yani, Jl Pangkal
   Perjuangan, Jl Raya Bypass Tanjungpura, dan Jl Raya Proklamasi,
   dibersihkan dari kerumunan warga. Mereka yang tetap membandel langsung
   diangkut ke dalam truk dan "diamankan". Jumlahnya diperkirakan lebih
   dari seratus orang. Mereka "diamankan" dengan dua truk petugas plus
   satu mobil pik up.
   
   Penduduk pun tidak diperkenankan masuk ke dalam maupun pergi ke luar
   kota Rengasdengklok, khususnya di radius perusakan yang diperkirakan
   mencapai empat kilometer. Mulai jalan Proklamasi (12 kilometer dari
   tempat kerusuhan) pemeriksaan terhadap penduduk yang akan melewati
   jalan tersebut pun dilakukan sangat ketat. Aparat keamanan yang
   dilengkapi pentungan rotan memeriksa KTP setiap anggota masyarakat
   tanpa kecuali.
   
   Kerusuhan juga mengakibatkan sulitnya kendaraan umum. Sebagian besar
   dari mereka menolak mendekati lokasi kejadian dan memilih berbalik
   arah. Tidak sedikit warga yang kemudian diangkut kendaraan aparat
   keamanan yang memang sudah disiagakan.
   
   Sebelumnya, massa juga sempat melewati rumah bersejarah di mana
   Presiden Soekarno singgah sebelum memproklamasikan kemerdekaan
   Indonesia. Namun, rumah yang dijaga oleh keluarga keturunan, Djiaw Kie
   Siong, sama sekali tidak diganggu.
   
   Kronologi peristiwa
   
   Menurut Bupati Karawang Dadang S Muchtar dalam laporannya kepada
   Gubernur Jawa Barat, aksi kerusuhan ini dimulai Kamis dini hari, pukul
   02.30 WIB, ketika sejumlah warga memukul bedug di langgar menyambut
   sahur. Memukul bedug atau ngadulag ini merupakan sebuah tradisi di
   pedesaan untuk membangunkan masyarakat menjelang waktu sahur. Hal ini
   membuat Encik Gio, seorang warga keturunan yang rumahnya terletak di
   dekat langgar, merasa terganggu. Ia kemudian keluar dan memarahi
   anak-anak muda tersebut dengan kata-kata kasar. Hal inilah yang
   kemudian memicu kemarahan massa.
   
   Perusakan dimulai sekitar pukul 06.00 pagi di rumah Cik Gio dan
   sekitarnya di kampung Warudoyong, lalu menjelang pukul 07.00 pagi
   sudah menjalar ke tempat-tempat ibadah non-Muslim. Setelah itu massa
   dengan cepat berkumpul dan melakukan perusakan pada sejumlah rumah,
   gudang, dan pabrik. Sasaran kerusuhan terus melebar kepada sebuah
   karoseri mobil, lalu akhirnya menjalar ke pusat-pusat pertokon di
   sekitar Pasar Berdikari termasuk dua buah bank.
   
   Menurut Bupati Karawang Dadang S Muchtar, pihaknya baru mengetahui
   kabar perusakan sekitar pukul 07.00 pagi, dan sekitar pukul 07.30
   didatangkan bantuan satu SSK dari Batalyon 305. "Sebetulnya saat itu
   massa sudah tergiring ke gang-gang, tapi setengah jam kemudian mulai
   muncul massa yang beringas dan sulit dikendalikan, sehingga saya minta
   lagi bantuan satu SSK dari batalyon 305 ditambah bantuan dari Polres
   dan Kodim Karawang. Sekitar pukul 11 aparat ke-amanan secara simpatik
   berhasil meredakan kerusuhan," kata Dadang S. Muchtar yang memberikan
   laporan kepada Gubernur Jabar Nuriana melalui telepon dan disaksikan
   wartawan.
   
   Apa yang dilaporkan Dadang tidak berbeda dengan isi jumpa pers yang
   diberikan Dadang sebelumnya. Ia sempat menilai bahwa modus yang
   dipakai di dalam kerusuhan ini tidak jauh berbeda dengan kerusuhan di
   Tasikmalaya.
   
   Dadang S Muchtar yang didampingi Komandan Korem Kolonel Oding Mulyadi
   dan Komandan Kodim Karawang Letkol Anhar, tidak ada korban jiwa dalam
   peristiwa itu. "Saya belum tahu dari mana massa itu. Yang jelas warga
   Rengasdengklok tak ada yang ikut. Tukang ojek, tukang becak dan warga
   lainnya tak ada yang ikut," tambahnya.
   
   Bupati menambahkan lagi, warga keturunan Cina sebetulnya sudah menyatu
   dengan warga. Mereka tidak tinggal secara ekslusif tetapi sudah
   membaur dengan warga.
   
   Terhadap pemicu kerusuhan, Cik Gio dan suaminya Kimcan, Kapolda
   mengatakan keduanya sudah diamankan. Menurut Kapolda Jawa Barat,
   hingga pukul 14.00 WIB, sekitar 25 orang sudah dimintai keterangan,
   tetapi dia menolak menjelaskan di mana mereka diamankan. Kapolda Jawa
   Barat Nana Permana juga mengatakan tidak ada pengamanan khusus di
   rumah milik orang-orang keturunan. "Pengamanan kita lakukan secara
   menyeluruh," katanya.
   
   Bupati juga menjamin, kerusuhan itu tidak akan menjalar ke tempat
   lain, setelah tiga jalan utama menuju Rengasdengklok diblokir. Yaitu,
   jalan masuk lewat Pedes, Tanjungpura, dan Batujaya. Dalam pertemuannya
   dengan para tokoh ulama, bupati mengajak para ulama untuk turut
   membantu memulihkan situasi keamanan.
   
   Sehubungan dengan kerusuhan tersebut, Kapolda mengatakan, segala
   bentuk perusakan bukan nilai Islami. Kepada masyarakat Mayjen Pol Nana
   Permana mengajak agar berlomba dalam kebajikan, tidak mudah termakan
   isu, jangan mudah terpancing dan jangan main hakim sendiri.
   
   Ajakan Kapolda Jabar ini disampaikan di Markas Kepolisian Resor
   Karawang seusai kerusuhan reda. Kapolda Jabar didampingi Kapolres
   Karawang Letkol (Pol) Harry Montolalu. Menyinggung soal siapa
   penggerak massa, ia menegaskan masih dalam penyelidikan. (Tim Kompas). 



Sumber:
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/01/30/0076.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »