Jumat, 31 Januari 1997
_________________________________________________________________
Rengasdengklok Tenang Kembali
Karawang, Kompas
Situasi keamanan di Rengasdengklok, Jawa Barat berhasil dikuasai
aparat keamanan. Keadaan mulai tenang kembali. Tidak ada korban jiwa.
Namun pemerintah daerah setempat tidak mengetahui dari mana massa
berasal, sebab tidak ada warga Rengasdengklok yang terlibat dalam
peristiwa Kamis kemarin.
Sepanjang hari Kamis (30/1), kerusuhan melanda Kecamatan
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Puluhan kendaraan
dirusak dan dibakar, puluhan toko dan rumah penduduk dirusak, dan
sejumlah tempat ibadah juga dirusak dan dibakar. Dalam kerusuhan ini
tidak dilaporkan ada korban jiwa.
Meskipun situasi telah berhasil dikendalikan dan dikuasai aparat
keamanan, namun sampai berita ini diturunkan Kamis sore, masih terjadi
aksi-aksi pembakaran secara sporadis di luar "lingkar dalam" kota
Rengasdengklok. Suasana masih terasa tegang. Ratusan aparat keamanan
yang terdiri dari dua SSK (satuan setingkat kompi) Batalyon 305, enam
SST Brimob, Batalyon Arteleri Medan 9, personel dari Gegana, dan
sekitar 100 personel dari Polres (Kepolisian Resor) Karawang, terus
berjaga-jaga di setiap sudut jalan.
Situasi kota Rengasdengklok porak poranda. Sejumlah "bangkai" mobil
dan kendaraan bermotor yang masih mengepulkan asap karena dibakar
massa, berserakan di jalan raya, bercampur baur dengan berbagai sampah
pembakaran lainnya, seperti mesin cuci, kursi, sepeda, buku-buku,
gentong sampah, juga batu-batu kali.
Puluhan toko yang berderet sepanjang jalan raya dalam keadaan rusak.
Pusat pertokoan yang berada di kawasan Warudoyong adalah yang paling
parah kerusakannya.
Kompas/arb
____________________
Agar rumah dan toko mereka tidak dirusak atau dibakar, ba-nyak di
antara warga masyarakat yang menandai rumahnya dengan tulisan
"Muslim", atau "Milik Muslim". Beberapa juga menyampirkan sajadah di
depan pintu rumah atau pagarnya.
Gedung Bank Pantura Abadi yang juga diamuk massa, termasuk mengalami
kerusakan parah. Selain seluruh bangunan fisiknya rusak dan kondisi di
dalam gedung porak poranda, hal yang paling menyedihkan menurut salah
satu karyawannya adalah rusaknya data base bank tersebut. Di halaman
belakang bank tersebut tampak empat buah mobil dihancurkan, salah
satunya hangus terbakar.
Data terakhir yang diumum-kan Bupati Karawang Dadang S Mochtar adalah
26 mobil di-rusak dan sebagian dibakar, 77 rumah dirusak, 4 pabrik
dibakar, 73 toko dirusak, 1 sekolah dirusak, satu bioskop dirusak, dua
buah bank dirusak, 1 sepeda motor dibakar, empat gereja dirusak (satu
di antaranya di-bakar), dua vihara dirusak (satu di antaranya
dibakar).
Menjelang tengah hari, situasi sebetulnya sudah dapat dikendalikan,
namun massa tidak bi-sa dibubarkan. Mereka terus bergerombol di pusat
kota. Kumpulan massa ini terus bertambah, sampai akhirnya sekitar
pukul 14.00 terjadi lagi aksi pembakaran pada Vihara Surya Adiguna,
yang pagi harinya sudah hancur dirusak massa.
Aparat keamanan kemudian mengambil tindakan tegas dengan membubarkan
massa dan mengejar mereka yang masih tetap berkumpul. Massa pun
kemudian berlarian ke gang-gang di sekitar jalan raya sambil
ber-teriak-teriak. Sebuah helikopter berputar-putar di udara sambil
meneriakkan agar massa menahan diri dan membubarkan diri. Tindakan
aparat keamanan ini cukup efektif, kota Rengas-dengklok kemudian
menjadi sangat lengang, karena penduduk tidak diperkenankan keluar
dari halaman rumahnya. Jl Tuparev, Jl Ahmad Yani, Jl Pangkal
Perjuangan, Jl Raya Bypass Tanjungpura, dan Jl Raya Proklamasi,
dibersihkan dari kerumunan warga. Mereka yang tetap membandel langsung
diangkut ke dalam truk dan "diamankan". Jumlahnya diperkirakan lebih
dari seratus orang. Mereka "diamankan" dengan dua truk petugas plus
satu mobil pik up.
Penduduk pun tidak diperkenankan masuk ke dalam maupun pergi ke luar
kota Rengasdengklok, khususnya di radius perusakan yang diperkirakan
mencapai empat kilometer. Mulai jalan Proklamasi (12 kilometer dari
tempat kerusuhan) pemeriksaan terhadap penduduk yang akan melewati
jalan tersebut pun dilakukan sangat ketat. Aparat keamanan yang
dilengkapi pentungan rotan memeriksa KTP setiap anggota masyarakat
tanpa kecuali.
Kerusuhan juga mengakibatkan sulitnya kendaraan umum. Sebagian besar
dari mereka menolak mendekati lokasi kejadian dan memilih berbalik
arah. Tidak sedikit warga yang kemudian diangkut kendaraan aparat
keamanan yang memang sudah disiagakan.
Sebelumnya, massa juga sempat melewati rumah bersejarah di mana
Presiden Soekarno singgah sebelum memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Namun, rumah yang dijaga oleh keluarga keturunan, Djiaw Kie
Siong, sama sekali tidak diganggu.
Kronologi peristiwa
Menurut Bupati Karawang Dadang S Muchtar dalam laporannya kepada
Gubernur Jawa Barat, aksi kerusuhan ini dimulai Kamis dini hari, pukul
02.30 WIB, ketika sejumlah warga memukul bedug di langgar menyambut
sahur. Memukul bedug atau ngadulag ini merupakan sebuah tradisi di
pedesaan untuk membangunkan masyarakat menjelang waktu sahur. Hal ini
membuat Encik Gio, seorang warga keturunan yang rumahnya terletak di
dekat langgar, merasa terganggu. Ia kemudian keluar dan memarahi
anak-anak muda tersebut dengan kata-kata kasar. Hal inilah yang
kemudian memicu kemarahan massa.
Perusakan dimulai sekitar pukul 06.00 pagi di rumah Cik Gio dan
sekitarnya di kampung Warudoyong, lalu menjelang pukul 07.00 pagi
sudah menjalar ke tempat-tempat ibadah non-Muslim. Setelah itu massa
dengan cepat berkumpul dan melakukan perusakan pada sejumlah rumah,
gudang, dan pabrik. Sasaran kerusuhan terus melebar kepada sebuah
karoseri mobil, lalu akhirnya menjalar ke pusat-pusat pertokon di
sekitar Pasar Berdikari termasuk dua buah bank.
Menurut Bupati Karawang Dadang S Muchtar, pihaknya baru mengetahui
kabar perusakan sekitar pukul 07.00 pagi, dan sekitar pukul 07.30
didatangkan bantuan satu SSK dari Batalyon 305. "Sebetulnya saat itu
massa sudah tergiring ke gang-gang, tapi setengah jam kemudian mulai
muncul massa yang beringas dan sulit dikendalikan, sehingga saya minta
lagi bantuan satu SSK dari batalyon 305 ditambah bantuan dari Polres
dan Kodim Karawang. Sekitar pukul 11 aparat ke-amanan secara simpatik
berhasil meredakan kerusuhan," kata Dadang S. Muchtar yang memberikan
laporan kepada Gubernur Jabar Nuriana melalui telepon dan disaksikan
wartawan.
Apa yang dilaporkan Dadang tidak berbeda dengan isi jumpa pers yang
diberikan Dadang sebelumnya. Ia sempat menilai bahwa modus yang
dipakai di dalam kerusuhan ini tidak jauh berbeda dengan kerusuhan di
Tasikmalaya.
Dadang S Muchtar yang didampingi Komandan Korem Kolonel Oding Mulyadi
dan Komandan Kodim Karawang Letkol Anhar, tidak ada korban jiwa dalam
peristiwa itu. "Saya belum tahu dari mana massa itu. Yang jelas warga
Rengasdengklok tak ada yang ikut. Tukang ojek, tukang becak dan warga
lainnya tak ada yang ikut," tambahnya.
Bupati menambahkan lagi, warga keturunan Cina sebetulnya sudah menyatu
dengan warga. Mereka tidak tinggal secara ekslusif tetapi sudah
membaur dengan warga.
Terhadap pemicu kerusuhan, Cik Gio dan suaminya Kimcan, Kapolda
mengatakan keduanya sudah diamankan. Menurut Kapolda Jawa Barat,
hingga pukul 14.00 WIB, sekitar 25 orang sudah dimintai keterangan,
tetapi dia menolak menjelaskan di mana mereka diamankan. Kapolda Jawa
Barat Nana Permana juga mengatakan tidak ada pengamanan khusus di
rumah milik orang-orang keturunan. "Pengamanan kita lakukan secara
menyeluruh," katanya.
Bupati juga menjamin, kerusuhan itu tidak akan menjalar ke tempat
lain, setelah tiga jalan utama menuju Rengasdengklok diblokir. Yaitu,
jalan masuk lewat Pedes, Tanjungpura, dan Batujaya. Dalam pertemuannya
dengan para tokoh ulama, bupati mengajak para ulama untuk turut
membantu memulihkan situasi keamanan.
Sehubungan dengan kerusuhan tersebut, Kapolda mengatakan, segala
bentuk perusakan bukan nilai Islami. Kepada masyarakat Mayjen Pol Nana
Permana mengajak agar berlomba dalam kebajikan, tidak mudah termakan
isu, jangan mudah terpancing dan jangan main hakim sendiri.
Ajakan Kapolda Jabar ini disampaikan di Markas Kepolisian Resor
Karawang seusai kerusuhan reda. Kapolda Jabar didampingi Kapolres
Karawang Letkol (Pol) Harry Montolalu. Menyinggung soal siapa
penggerak massa, ia menegaskan masih dalam penyelidikan. (Tim Kompas).
Sumber:
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/01/30/0076.html
EmoticonEmoticon