Panglima ABRI: Pelaku Kerusuhan Itu Antipemerintah

June 16, 2014
Kompas Online
Sabtu, 1 Februari 1997
                                      
     _________________________________________________________________
                                      
  Panglima ABRI:
  
                      Pelaku Kerusuhan Itu Antipemerintah

                                       
  * Sebelas Tersangka Kerusuhan Rengasdengklok
  
   kompas/arb
   Feisal Tanjung
   
   Karawang, Kompas
   
   Panglima ABRI Feisal Tanjung menegaskan, pelaku kerusuhan di Karawang
   adalah antipemerintah. Mereka akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.
   Jika perlu dikenai pasal-pasal subversi. Sementara Dr Amien Rais
   menduga ada yang membuat skenario yang menjuruskan berbagai isu kecil
   menjadi kobaran sosial.
   
   Situasi kota Kecamatan Rengasdengklok di Kabupaten Karawang, Jawa
   Barat, berangsur normal setelah dilanda kerusuhan Kamis (30/1) pagi
   hingga sore. Pihak keamanan telah memeriksa 126 orang yang diduga
   sebagai pelaku kerusuhan. Namun setelah dilakukan pemeriksaan
   intensif, hanya 11 orang yang dijadikan tersangka dengan tuduhan
   melakukan perusakan dan pengambilan barang saat terjadi kerusuhan.
   
   Di pusat kota, meskipun sebagian besar toko-toko masih tutup, pedagang
   kaki lima dan pedagang pasar tradisional sejak Jumat (31/1) pagi sudah
   mulai menggelar dagangannya. Begitupun tukang becak dan ojek mulai
   beroperasi melintasi tengah kota.
   
   Rongsokan kendaraan yang terbakar dan berserakan di Jl Raya
   Rengasdengklok, Jumat pagi disingkirkan petugas Pemda Kabupaten
   Karawang. Sedangkan coretan-coretan pada dinding toko dan rumah sudah
   mulai dibersihkan. Mengenai jumlah kerugian materiil akibat kerusuhan
   tersebut, menurut Bupati Karawang Dadang S Muchtar, masih dalam
   perhitungan.
   
   Sementara itu Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung, usai
   penutupan kursus reguler XXIII Sesko ABRI, di Bandung, Jumat (31/1)
   menegaskan, peristiwa Karawang pasti ada oknum yang merencanakan dan
   menggerakkannya. Peristiwa itu merupakan beban bagi bangsa menjelang
   Pemilu. "Kita akan cari penyebab kerusuhan. Tidak mustahil begitu
   terjadi langsung diketahui sekian ribuan massa, pasti ada yang
   menggerakkan dan merencanakan," tegas Pangab
   
   Dia menjelaskan, untuk perkembangan kasus kerusuhan di Karawang akan
   segera diusut. "Kita jangan hanya langsung tunjuk hidung begitu saja,
   tapi harus diusut. Memang identitasnya sudah diketahui," jelasnya.
   
   Dikendurkan
   
   Penjagaan masuk kota Re-ngasdengklok mulai dikendurkan. Meski demikian
   aparat keamanan masih berjaga-jaga diberbagai sudut jalan, untuk
   mengantisipasi berbagai kemungkinan. "Situasi kota sudah bisa dikuasai
   dan dikendalikan sepenuhnya pada Kamis siang pukul 14.00," kata
   Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Tayo Tarmadi. Berbicara kepada pers
   di Kantor Kecamatan Rengas-dengklok, Jumat (31/1) pagi, Panglima Kodam
   III/Siliwangi didampingi Bupati Karawang, Drs H Dadang S Muchtar,
   Ka-polres Karawang Letkol Pol Drs Harry Montolalu, Asisten intel Kodam
   III Siliwangi Kol. (Inf) Pranghadi, Komandan Korem 063/ Sunan Gunung
   Jati, Kol. (Inf) Oding Mulyadi dan Kapendam III Siliwangi Letkol
   Herman Ibrahim.
   
   Mengenai identitas 11 tersangka, Pangdam menolak memaparkan. "Bagi
   saya itu tidak penting, karena siapapun orangnya jika melakukan
   pelanggaran hukum akan ditindak tegas. Semua orang mempunyai kedudukan
   yang sama di depan hukum," kata Panglima.
   
   Selain 11 tersangka tersebut, lanjut Panglima, warga keturunan yang
   diduga menjadi pemicu kerusuhan, berikut keluarganya sudah diamankan.
   "Dia bisa dijadikan tersangka, setidaknya dengan tuduhan mengeluarkan
   kata-kata kasar kepada orang lain," kata Panglima.
   
   Menurut Panglima, dia bisa memahami jika ada anggota masyarakat yang
   emosional mendengar kata-kata kasar tesebut. "Tetapi sudah cukup
   sampai di sini saja. Kerusakan akibat kerusuhan-kerusuhan tersebut,
   harganya sudah terlampau mahal," kata Panglima.
   
   Mengenai kerusuhan tersebut, Pangdam III Siliwangi membuat tiga butir
   kesimpulan. Pertama, kejadian kerusuhan tersebut sangat disesalkan
   karena merusak hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai. Kedua,
   berikan kesempatan kepada aparat keamanan untuk melakukan penanganan
   yuridis baik untuk tersangka maupun pemicu ke-rusuhan itu sendiri.
   Sedangkan butir ketiga, masyarakat hendaknya tidak hanya reaktif dan
   responsif dalam menghadapi suatu permasalahan, tetapi juga menangkal
   isu-isu yang bisa memancing kerusuhan.
   
   "Apabila ia mendengar suatu isu, silakan cek kebenarannya di Posko
   Kewaspadaan Nasional yang sudah dibentuk di setiap Kodim. Anggota
   masyarakat jangan langsung bertindak sen-diri-sendiri menanggapi isu
   yang belum jelas kebenarannya," kata Panglima.
   
   Dalam kaitan kerusuhan tersebut, Pangdam menyebut ada dua kategori
   gerakan massa, yakni aksi spontanitas adalah gerakan massa yang
   bersifat emosional menghadapi suatu isu. Sedangkan aksi tak
   spontanitas adalah aksi yang sebenarnya menurut kesadaran akal sehat
   tidak perlu dilakukan, tetapi nyatanya dilakukan pula," kata Panglima
   seraya memberi contoh aksi yang dilakukan Kamis siang sekitar pukul
   09.00 WIB, padahal aksi massa sudah bisa diredam pukul 08.00 WIB.
   
   Ditanya tentang adanya pihak ketiga dalam kerusuhan tersebut, menurut
   Tayo Tarmadi, ti-dak menutup kemungkinan aksi tersebut dimanfaatkan
   pihak ketiga. "Tetapi kita harus menjunjung tinggi asas praduga tak
   bersalah. Biarkan pihak keama-nan menyelidiki kasus ini. Te-tapi jika
   melihat modus operandinya hampir sama dengan kasus Tasikmalaya, yakni
   menyebarkan isu dan kabar bohong," kata Panglima.
   
   Bantuan Rp 75 juta
   
   Gubernur Jawa Barat R Nuriana yang datang meninjau lokasi kerusuhan
   bersama Ketua DPRD Jawa Barat H Agus Muhyidin Jumat siang memberikan
   bantuan uang tunai RP 75 juta yang terbungkus amplop coklat kepada
   Bupati Karawang, H Dadang S Muchtar. "Uang itu penggunaannya ter-serah
   Bupati. Tetapi untuk biaya operasional pasukan serta memulihkan
   keamanan ini membutuhkan dana yang besar," kata Nuriana. Untuk
   memulihkan keamanan di Rengas-dengklok, diterjunkan 2 SSK (satuan
   setingkat kompi) Ba-talyon 305, 6 SST Brimob Polda Jabar, Batalyon
   Armed 9, Gegana dan 100 petugas Polres Karawang.
   
   Menurut Nuriana, jika sudah terjadi kerusakan, semua pihak merasakan
   akibatnya, termasuk terganggunaya aktivitas ekonomi dan kehidupan
   sosial masyarakat. "Untuk memulihkan kehidupan sosial yang terganggu
   ini, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar," katanya.
   
   Antipemerintah
   
   Yang jelas, kata Feisal, para pelaku kerusuhan itu adalah
   antipemerintah yang modus operandi dan pola aksinya hampir sama dengan
   peristiwa-peristiwa sebelumnya. "Mereka yang melakukan
   pembakaran-pembakaran itu adalah PKI," ujarnya.
   
   Dia mengatakan, sebenarnya jika ada kelompok atau orang yang merasa
   dikecewakan oleh yang lainnya, harus diselesaikan lewat hukum. "Hukum
   harus ditegakkan. Kita jangan seenaknya main hakim sendiri. Sebab
   dengan main hakim sendiri akan timbul anarki, yang akhirnya
   menyebabkan keributan dan kerusuhan," kata Pangab.
   
   Menurut jenderal berbintang empat itu, para penyebab kerusuhan perlu
   ditindak. Jika perlu dikenai pada pasal-pasal subversi, karena
   menggagalkan program-program pembangunan yang telah disiapkan oleh
   pemerintah dan mengganggu stabilitas nasional.
   
   "Aparat hukum akan menindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Orang
   yang melakukan unjuk rasa, ditindak sesuai hukum yang berlaku. Sampai
   sekarang ini tindakan yang diambil ABRI yakni dengan menghidupkan Pos
   Kewaspadaan," jelasnya sambil mengimbau jajaran pers untuk membantu
   lewat pemberitaan yang menyejukkan.
   
   Hal senada juga dikemukakan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) ABRI
   Brigjen TNI Amir Syarifudin bahwa ABRI tidak akan pernah mentolerir
   tindakan-tindakan perusakan yang dilakukan oleh massa akhir-akhir ini.
   Karena itu Mabes ABRI meminta seluruh pihak untuk lebih waspada
   menghadapi isu-isu yang ber-bau suku, agama, ras dan antargolongan
   (SARA) yang diembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang
   semata-mata bertujuan untuk menciptakan instabilitas.
   
   Hal tersebut dikatakan Kapuspen menjawab wartawan usai acara "Buka
   Puasa Ber-sama Antara Pusat Penerangan ABRI dengan Pemimpin
   Redaksi/Wartawan Seksi Hankam ABRI" hari Jumat (31/1) di Ja-karta.
   "Tindakan-tindakan kerusuhan yang kemudian disertai perusakan yang
   dilakukan massa akhir-akhir ini sudah menjurus pada perilaku yang
   tidak bermoral," tandasnya.
   
   "Mabes ABRI sangat menyesalkan terjadinya kerusuhan di Pontianak dan
   Karawang kemarin yang ternyata sudah menjurus pada perilaku amoral dan
   tidak berperikemanusiaan. Oleh karenanya, aparat keamanan akan
   mengambil sikap tegas untuk menegakkan aturan yang ada. Siapa yang
   bersalah pasti ditindak," ucap Amir Syarifudin.
   
   Sangat memprihatinkan
   
   Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) Pusat dalam seruan yang
   ditanda tangani Drs Oka Diputhera menyatakan, peristiwa yang terjadi
   Rengas-dengklok itu sangat memprihatinkan, karena peristiwa itu telah
   mengganggu ketertiban umum, ketentraman masyarakat, dan merusak
   kerukunan hidup umat beragama yang dapat membahayakan persatuan dan
   kesatuan bangsa.
   
   DPP Walubi menyerukan agar seluruh umat Buddha tidak terpancing oleh
   hasutan, isu-isu, bujukan, dan ajakan yang dilakukan oleh oknum-oknum
   yang tidak bertanggung jawab, yang dapat merugikan kepentingan
   masyarakat, bangsa, dan negara.
   
   Ketua Umum PP Muham-madiyah Amien Rais menyatakan, berbagaikerusuhan
   baik di Jawa maupun Kalimantan diduga memang ada pembuat skenario yang
   dapat menjuruskan berbagai isu kecil menjadi kobaran sosial yang
   lantas meledak membakar toko dan merusak tempat ibadah. Ia menilai
   adalah tak masuk akal kalau hanya gara-gara peristiwa kecil lalu
   menyulutkan kerusuhan besar.
   
   "Ada pemegang skenario yang punya itikad sangat jahat, mereka
   melakukan politik bumi hangus, sehingga sudah tidak lagi masanya kita
   menganggap enteng," ujarnya, usai berbuka puasa di kampus Universitas
   Muhammadiyah Malang, Jumat (31/1).
   
   Sedangkan, Ketua Umum DPP Golkar Harmoko mengatakan, Golkar sangat
   prihatin atas terjadinya kerusuhan-kerusuh-an. "Kita sampaikan
   penghargaan kepada aparat keamanan yang telah berhasil mengendalikan
   situasi keamanan sehingga tidak meluas," kata Harmoko saat berbuka
   puasa bersama Keluarga Besar Golkar, Jumat (31/1) malam.
   
   Menurut Harmoko dalam kaitan tersebut pihaknya telah menginstruksikan
   seluruh kader Golkar untuk meningkatkan kewaspadaan agar bisa
   mendeteksi setiap kejadian di wilayahnya masing-masing. "Untuk itu
   Golkar mendukung Pos Kewaspadaan. Diharapkan, masyarakat bisa
   meningkatkan kewaspadaannya," ujar Harmoko.


   (nar/thy/hers/ama/pp/tri/ush)





Sumber:
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/01/31/0041.html


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »