Mengenang Mei 1998
13 tahun lalu, aku tak bisa tidur nyenyak. Bokap menyiapkan Golok, tetangga masing-masing pegang Samurai, Rantai Besi, Balok Kayu. Nyokap merapihkan segala dokumen, Sertipikat, Akta, Ijazah dan berkas lainnya dalam koper. "Apapun silahkan ambil, asal jangan koper ini" serunya. Setiap jalan masuk ke Perumahan di Portal dan Pria dewasa Bergantian menjaganya. Menjaga tentu dengan membawa senjata di tangannya. 10 Tahun umuku saat itu, masih kecil. Dengan tinggi tidak sampai 150 cm, tak mungkin berjaga di luar seperti orang dewasa.
Aku pun tak tau apa yang bisa dilakukan di dalam rumah bersama nyokap, tangisan air matanya semakin buat Panik. Menangis bersamanyalah malam itu. Bagai perang, seorang "mata2" datang membawa berita. "Penjarah sudah di Ciledug Indah" teriaknya. Mengingat jaraknya sudah dekat, kita Siaga 1. Koper didekapan Nyokap, aku duduk disampingya. Golok ditangan Bokap, keluarlah dia bersama Pria Dewasa lainnya. Malam mencekam itu berakhir tanpa ada bentrok. Terbitnya matahari, menerbitkan keberanian keluar rumah untuk bermain. Hari itu diliburkan. Jumat, 15 Mei 1998 Hari libur itu. Meskipun Jumat, aku dilarang untuk Solat Jumat. "Belum aman le", pesan nyokap kala itu. Meskipun tak Solat Jumat, akudisuruh beli beras, dan bahan pokok lainnya. Sesampainya, Toko itu tutup. Belakangan baru tahu karena dia Cina.
Peristiwa diatas kualami sejak meletusnya tragedi 12 Mei 1998. Tanggal bersejarah bagi dinamika politik Indonesia. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari duka sekaligus hari awal kemenangan Reformasi. Pada tanggal tersebut, 4 orang Mahasiswa Universitas Trisakti tewas ditembak Aparat Militer. Mereka adalah, Aparat Militer. Mereka adalah Elang Mulyana Lesmana (19), Hery Hartanto (21), Hendriawan (20), dan Hafidhin Rayyan (21). Keempat mahasiswa tersebut dikenang sebagai Pahlawan Reformasi.
Gelombang Demonstrasi tidak hanya dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Trisakti, namun juga dilakukan oleh Seluruh Mahasiswa di Indonesia. Arus gelombang tersebut dimulai sejak Februari 1998 hingga mengalami puncaknya pada bulan Mei 1998. Rezim orde baru (1966-1998) yang represif dan otoriter telah puluhan Tahun ditentang oleh Mahasiswa. Peristiwa Malari, Tanjung Priok, hingga NKKBKK dan pembredelan media Tempo adalah beberapa tragedi pada rezim orde baru. Sejak ditempa krisis ekonomi pada Tahun 1997, tuntutan untuk me-reformasi pemerintahan orde baru semakin menguat dan solid.
Pada tahun 1997, mata uang Thailand (Baht) mengalami keterpurukan. Keterpurukan ini kemudian menjalar ke negara-negara Asia Tenggara lain termasuk Indonesia. Pada 22 Januari 1998, mata uang Indonesia (rupiah) menyentuh angka Rp. 17.000 per dolar AS. Rupiah yang melayang akibat meningkatnya permintaan dollar untuk membayar utang. Total utang luar negeri per Maret 1998 mencapai 138 milyar dollar AS, sekitar 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998.[1]
Demonstrasi mahasiswa yang paling tragis terjadi di depan Kampus Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Rombongan mahasiswa Universitas Trisakti hendak bergerak menuju Gedung MPR/DPR, namun dihadang oleh aparat militer. Pada saat penghadangan itulah, empat Mahasiswa Trisakti tertembak. Berdasarkan hasil penyelididkan, keempat mahasiswa Trisakti yang tewas sengaja ditembak oleh penembak jitu. Bagian kepala, leher, dada, atau punggung menjadi sasaran penembakan.
Kematian empat pahlawan reformasi menyulut kemarahan warga Ibukota dan kota besar lainnya. Dua hari berselang (13-15 Mei) terjadi peristiwa “Kerusuhan Mei”. Malam hari pasca penembakan, warga Grogol sekitar Universitas Trisakti mengamuk dan kemudian menyebar ke segala penjuru Jakarta. Toko, Mall, pusat perbelanjaan, perusahaan, bahkan Pom Bensin menjadi sasaran penjarahan dan pengrusakan warga. “Kerusuhan Mei” ini identik dengan penyerangan warga pribumi terhadap warga Tionghoa. Setiap toko milik etnis Tionghoa menjadi sasaran utama pengrusakan dan pembakaran.
“Kerusuhan Mei” mengakibatkan sekitar 1.200-an orang tewas di Jakarta. Sebagian besar tewas karena ter/di-bakar. Selain itu, sekitar 40-an wanita menjadi korban pelecehan seksual dan pemerkosaan. Korban paling banyak berasal dari etnis Tionghoa. Penyerangan secara sistematis kepada warga etnis Tionghoa diduga merupakan suatu kesengajaan yang terencana. Pengamat berpandangan motif penyerangan terhadap etnis Tionghoa untuk mengalihkan kemarahan warga terhadap militer yang menembak mati empat mahasiswa Trisakti. Pemerintah kemudian membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pada tanggal 23 Juni 1998. Tim ini melakukan investigasi dan memberikan 8 rekomendasi kebijakan dan kelembagaan pasca “Kerusuhan Mei”.
Mahasiswa menjadi semakin solid pasca penembakan 4 mahasiswa Trisakti. Tanggal 13 Mei terjadi lebih dari 13 aksi demonstrasi di 16 kota di Indonesia. Gelombang demonstrasi di Jakarta terpusat di Gedung MPR/DPR sejak 18 Mei 1998. Para ketua lembaga formal kemahasiswaan Jakarta yang tergabung di Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) bermalam di Gedung MPR/DPR yang kemudian diikuti ribuan mahasiswa lainnya. Tuntutan mahasiswa pada saat itu adalah untuk menurunkan Soeharto. Soeharto dinilai gagal mengatasi krisis ekonomi yang dialami Indonesia.
Pada tanggal 20 Mei 1998, tidak hanya mahasiswa yang mengepung Gedung MPR/DPR ,tetapi juga datang tokoh LSM, dan tokoh Nasional. Mereka berada dalam satu barisan bersama mahasiswa mendukung perjuangan mahasiswa. Perjuangan mahasiswa juga mendapat dukungan dari seluruh rakyat Indonesia.
Tragedi 12 Mei menjadi awal dari kemenangan atas perlawanan terhadap rezim orde baru. Pada tanggal 21 Mei 1998, berselang 9 hari pasca penembakan, Soeharto mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Presiden. Pengunduran diri Soeharto menandakan berakhirnya rezim orde baru. Mahasiswa yang didominasi kaum muda berhasil mempengaruhi keadaan sosial dan politik Indonesia pada tahun 1998. Jumlahnya yang dominan, serta keberanian dan kesolidan membuat Mahasiswa menjadi motor penggerak perubahan Indonesia.
[1] http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Reformasi/Krisis_ekonomi.htm
Sumber:
http://chokyramadhan.blogspot.com/2011/05/mengenang-mei-1998.html
EmoticonEmoticon