BAB I PENDAHULUAN
PEMBANGUNAN YANG MENUAI KONFLIK
(Konstruksi Antropologi Budaya tentang perbedaan Pandangan hidup terhadap lingkungan Alam Oleh Suku Amungme, PT Freeport Indonesia dan Negara)
Oleh: Feliks Zonggonau
- Pengantar
Pembangunan Sering kali diartikan sangat umum yaitu, perubahan Sosio-kultural yang di rencanakan. (Arensberg dan Niehoff 1964) yang kutip (Marzali 2005:62). Lebih jauh Marzali mengatakan bahwa usaha pembangunan mengandung beberapa peringkat pengambilan keputusan, yaitu: penentuan sebuah pembangunan, pemilihan strategi pembangunan dan pelaksanaan pembangunan. Maka, tujuan pembangunan adalah utuk mensejaterhkan masyarakat seluruh rkyat indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara (pemerintah) memiliki peran penting melalui berbagai kebijakan yang dihadirkan oleh negara.
- Latar belakang
Sektor pertambangan mempunyai manfaat sangat penting bagi pembangunan, modernisasi, dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia, terlebih lagi bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun juga menimbulkan banyak persoalan terhadap lingkungan hidup dan sosial dimana ia dioperasikan. Secara historis hubungan industri tambang dengan masyarakat asli mempunyai permasalahan (konflik) yang berat (Parsons, 2008). Konflik ini disebabkan: beroperasi di daerah yang belum mendapatkan legitimasi sosial, penyebab kerusakan besar, dan meninggalkan daerah itu ketika semua nilai ekonominya telah dihabiskan (Jenkins, 2004). Contoh, di Australia sampai tahun 1970an masih banyak perusahaan tambang yang menyangkal beberapa tanggungjawabnya pada masyarakat asli dimana mereka menambang (Parsons, 2008).
Kehadiran PT Freeport indonesia di kabupaten Mimika Propinsi Papua, adalah salah satu contoh kebijakan negara untuk menghadirkan kesejateraan bagi rakyat indonesia pada umumnya, dan masyarakat papua khususnya. Negara berdalil bahwa masuknya investor asing ke indonesia akan meningkatkan kesejateraan masyarakat melalui pendapatan pajak. Selama ini justru pembangunan yang di idam-idamkan negara untuk mesejaterahkan masyarakat termasuk suku amungme justru menuai konflik baik vertikal antara masyarakat lokal dengan negara (Pemerintah, maupun Konflik Horizontal antara masyarakat lokal dengan PT Freeport Indonesia.
Awalnya tujuan Negara atau Pemerintah mendatangkan Penanaman Modal Asing sebagai kapitalis adalah tidak lain selain memiliki beberapa tujuan yang mendasar.yaitu: sebagai berikut:
Di dalam diagram diatas, dapat di jelaskan bahwa dengan masuknya PTFI tidak semata-mata untuk memperbaiki ekonomi negara tetapi juga untuk memperhatikan kualitas hidup masyarakat agar lebih baik dalam menjamin sumber sumber daya hak-hak bangsa untuk mengintrepretasikan diri dalam segala aspek agar dapat menjalankan kesejaterahan sosial masyarakat adat (masyarakat Papua_
Akar persoalan konflik yang terjadi adalah adanya perbedaan sudut pandang yang berbeda terhadap terhadap pengelolahan lingkungan dan alam baik oleh suku amungme, PT Freeport Indonesia maupun oleh negara (pemerintah). Akibat dari perbedaan tersebut, pembangunan bukan menghadirkan Kesejateraan namun yang terjadi adalah sebaliknya menghadirkan Konflik di tanah Amungsa (Kabupaten Mimika).
Awalnya, Papua dikagetkan dengan masuknya pertambangan PT Freeport yang disebut sebagai eksploitasi yang dilakukan oleh para ilmuwan asal Belanda dipimpin oleh Jean. J. Dozy. Ia sampai langsung pada gunung Jayawijaya dan yang kemudian dilanjutkannya oleh Forbes Wilson dan Del Flint. Temuan ini mendorong Negara Indonesia untuk merebut Irian Jaya sebutan lain (Papua). Pada saat itulah terjadinya momentum PEPERA 1961 – 1969. Ketika Irian Jaya (Papua) bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), eksploitasi pun menjadi pilihan pertama pemerintah Indonesia1.
Dibawah ini terdapat gambar Ekspedisi pertama di papua
Ketika awal ekspedisi Freeprot Indonesia, orang amungme yang menguasai ulayat di konsesi Freeport sebenarnya sudah merasa terganggu pada awal 1960, dimana adanya kontrak karya 1 PT Freeporrt dengan pemerintah Indonesia. pada tahun 1967, rombongan Freeport dicegat masyarakat lembah Waa dibawah pimpinan kepala suku Tuarek dan tokoh masyarakt bapak Naimun Narkime. Mereka melarang Freeport menjamah eksberg (dalam bahasa amungme disebut Dugu-dugu, yang menurut kepercayaan kelompok suku amungme merupakan tempat peristirahatan kepala ibu /Ninggok, tempat arwa mereka kembali setelah kematian).
Suku-suku di papua memang memiliki ikatan batin yang kuat dengan bumi tempat mereka berpijak. Hal inilah yang dilupakan dari konsep eksploitasi atas alam papua, baik oleh Belanda maupun Pemerintah Indonesia. Benturan budaya yang dialami oleh masyarakat amungme dan kamoro dengan Freeport juga dialami oleh masyarakat papua lainnya. Hal ini sebabkan oleh dampak pembangunan dan tercemarnya sungai-sungai hampir di seluruh masyarakat pegunungan.2. Budaya masyarakat amungme-kamoro menjadi rusak ketika PT Freeport resmi di resmikan oleh Presiden Soeharto di kota bijih atau tembagapura sebutan kini.
Dibawah ini terdapat Foto Presiden Soeharto ketika menghadiri acara peresmian di tembagapura kabupaten mimika pada bulan maret 1973, dimana didalam acara ini hadiri oleh tokoh masyarakat atau kepala suku Amngme Bapak Tuarek dan Naimun Narkime bersama Bapak J.Moufet salah satu pemilik perusahan Freeport indonesia. Tidak hanya mereka akan tetapi dihadiri juga oleh para teolog dari belanda dan Masyarakat Adat Amungme di kampung Waa, Arwanop dan Desa T’singa.
Gambar 2.3. Peresmian Kota bijih/ Tembagapura Tahun 1973
Gambar diambil ketika bapak Presiden Republik Indonesia menghadiri acara peresmian di tembagapura yang di hadiri oleh Bapak J. Moufeet salah seorang pemilik saham asal amerika serikat bersama Bapak Tuarek selaku kepala suku pemilik ulayat serta para geolog asal belanda pada bulan maret tahun 1973 di kecamatan mimika kabupaten fak-fak, kala itu.3Pada tahun 1973, presiden Soeharto meresmikan secara resmi dan menamai kota tersebut kota bijih yang kemudian diganti menjadi kota tembagapura.
Masyarakat amungme- kamoro selaku pemilik gunung-gunung Emas dan tembaga dan masyarakat kamoro yang tanahnya menampung tailing hasil limbah penambangan itu tidak beranjak lebih baik justru pada tahun 1973, setelah diadakannya peresmian PTFI. Freeport membuang limbah tailing kedalam sungai wanagon sebanyak 7.257 ton, yang mana merusak secara langsung tradisi kehidupan masyarakat pesisir (low land Society) terlebihnya bagi masyarakat kamoro.
Menurut bapak kepala sekolah N1 mapuru jaya, ia mengatakakan bahwa:
“ ketika Freeport beroperasi di kabupaten mimika, masyarakat kamoro seperti kehilangan jati diri kamoro hidup berpinda-pindah untuk mencari kehidupan yang layak, walaupun nantinya terdapat upaya-upaya penanganan dari perusahan dalam mengembangkan infrastruktur dan suprastruktur melalui lembaga pengembangan masyarakat amungme-kamoro. Hal ini tidak terlepas karena adanya kekecewaan terdapat Freeport. Karena menurut kelompok masyarakat kamoro hidup mereka sudah berakhir bahkan nilai-nilai leluhur telah hilang seiring dengan masuknya PT Freeport di tanah amungsa4. Beliau menambakan lagi bahwa pada tahun 1990-an sampai kini, masyarakat adat kamoro telah pergi jauh mencari hidup yang layak karena habitat sagu menjadi terancam kimia dan ikan-udang dan hasil sungai hanya bisa didapatkan di pinggir-pinggir laut maka mereka lebih memilih untuk hidup berpindah-pindah.5sampai masyarakat kamoro dapat mempertahankan hidup sebisa mungkin”.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, saya Rumuskan Beberapa Runusan Masalah yang tentunya sangat bermanfaat untuk di deskripsikan pada Penjelasan-penjelasan Pokok, yaitu:
- Bagaimana Perspektif PT Freeport Indonesia dan Negara (Pemerintah) terhadap Lingkungan Alam papua?
1.3. Landasan Teoritis
Di dalam pembahasan ini saya mencoba mengunakan Teori Dependencia menurut Paul Baran. Suatu anggapan yang sering timbul dari teori dependencia adalah bermula dari pendapat yang mengatakan bahwa kondisi sosial, Ekonomi dan politik terdapat pada negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga sekarang ini bukannya disebabkan karena ketidak berkembangan keadaan atau tak berubahnya dari keadaan yang asli, tetapi merupakan akibat atau hasil dari proses sejarah dunia yang sama. Dalam hal ini Paul Baranmengatakan bahwa di dalam ekonomi internasional terjadi suatu transaksi dimana faktor modal dari negeri yang memiliki produktifitas terbatas (Marginal Productivity) dan rendah bergerak ke negeri yang memiliki produktivitas tinggi. Hal ini diharapkan agar terjadi keseimbangan (balance) antara keduanya. Namun, pergerakan faktor modal antara negara ini yaitu dari negeri maju ke negeri miskin, ternyata hanyalah bertujuan untuk menyedot keuntungan dari negara-negara dunia ketiga6. Keuntungan yang di sedot itu ternyata merupakan bagian terbesar dari pertambangan pendapatan yang diakibatan oleh adanya investasi asing sebagai akibat pergerakan faktor modal tersebut. Dengan demikian, naiknya pendapatan nasional dari negara miskin ini tidaklah dapat di nikmati oleh sebagaian masyarakat besar dinegeri itu karena adanya kepincangan dalam distribusih pendapatan.
BAB II
PERSPEKTIF SUKU AMUNGME TERHADAP LINGKUNGAN ALAM
Di kabupaten mimika terdapat puluhan suku bangsa asli Papua yang berdiam di wilayah Mimika, namun dalam penelitian ini hanya dua suku bangsa yang dijadikan objek kajian, yaitu Amungme dan Kamoro Karena kedua suku inilah yang terkena dampak lingkungan pembangunan proyek pertambangan Freeport.
2.1 Adat-Istiadat Suku Amungme
Suku Amungme mendiami dataran tinggi dikawasan kabupaten mimika sehingga mempunyai ciri-ciri budaya dataran tinggi (highland). Penduduk dengan budaya dataran tinggi ini berada pada batas 50 mil kearah bagian pegunungan bagian timur, selatan, barat dan pegunungan jayawijaya (wamena). Penduduk yang berkebudayaan dataran rendah dan pantai di bagian timur dan barat wilayah timika7.
Suku amungme merupakan kelompok etnik yang berjumlah sekitar 18.000 jiwa ini menetap baik disisi utara maupun selatan jajaran pegunungan yang menandai batas selatan dari dataran tinggi papua. Mereka yang berada disisi utara utara disebut masyarakat damal, kerabat disisi selatan dsebut masyarakat amungme. Kelompok yang disebut belakangan ini menjadi amat dikenal di papua, karena adanya perusahan tambang raksasa yang mengoperasikan kawasan Grasberg dengan produksi bijih emas didunia dan bijih tembaga terbesar ketiga.8
Area tambang dan kota perusahan tembagapura terletak ditanah adat amungme. Sebagian besar kelompok didataran tinggi akan dengan senang hati bertukar tempat tinggal mereka yang terisolasi keberadaan dan kehidupan sosialnya,dengan lokasi di mana terdapat sejumlah akses infrastruktur perusahan dan program-program pengembangan masyarakat berdinilai jutaan dolar. Karenanya, tidak heran bila ada sejumlah besar penduduk yang meninggalkan dusun mereka, guna memperoleh pelayaan kesehatan,pendidikan,pekerjaan atau sumber rejeki lainnya, yang ada di kawasan amungme.9Dalam hal ini, komisaris Lemasa, mengatakan bahwa dari tahun ke tahun perubahan jumlah penduduk kian meningkat tinggi sejak tahun 1996, dimana ketika dana 1% jatuh ditangan masyarakat.
Berbagai suku bangsa kian berimigrasi ke Kabupaten Mimika untuk mencari hidup yang lebih nyaman seperti fasilitas yang disediakan oleh PT Freeport Indonesia Masyarakat Adat. Hal ini pula yang memicu terjadinya berbagai konflik di tanah Amungsa, baik konflik antara masyarakat adat maupun Pemerintah (Aparat Keamanan)10.Sejarah lisan suku amungme berawal dari sebuah goa di lembah Baliem. Mereka adalah bagian dari sebuah kelompok yang kemudian berimigrasi menuju barat. Hal ini dibuktikannya dengan bahasa amungkal tampaknya kelompok amungme adalah yang pertama kali memisakan diri dari kelompok lainnya. Kelompok-kelompok seperti suku Mee,Wolani,Moni dan lainnya merupakan bagian dari satu keluarga bahasa, yang menghuni wilayah ujung paling timur dataran tinggi papua. Suku amungme termasuk didalam tingkatan keluarga’ terisolir’, yang berarti hanya memiliki sedikit hubungan bahasa dengan kelompok-kelompok lain tersebut. Kata ‘terisolir’juga berlaku bagi tempat tinggal mereka. Mereka menetap dibagian curam dari lembah yang permukaannya tidak dataran merata disisi selatan pegunungan tanpa akses ke dataran yang relative lebih baik kondisinya untuk bercocok tanam dibagian utara.11Dibawah ini terdapat foto masyarakat amungme yang hidup dan berburu di gunung Nemangkawi, dimana gunung ini menyimpan berbagai sumber kehidupan.
Gambar 2.1.
Kelompok Masyarakat Amungme Sebelum masuknya PT Freeport
Pada foto diatas merupakan kelompok masyarakat pemilik ulayat yang dikenal dengan suku amungme. Mereka menghabiskan hidup di kota Temabagapura,Waa, T’singa dan Arwanop. Mereka percaya bahwa gunung Nemangkawimemiliki Nilai-Nilai Leluhur yang mulia yang di titipkan oleh Moyang mereka. Sekarang Gunung keramat itu dirampas oleh pemerintah Indonesia dalam memajukan kepentingan bisnis semata dan tidak menghiraukan nilai-nilai keramat tersebut12.
Suku amungme tinggal terpencar di beberapa lembah yang terletak antara gunung-gunung yang terjal seperti lembah T’singa, Lembah Oea, lembah jila, lembah Waa, Lembah Bela dan lainnya. Orang amungme yang tinggal di bagian selatan pegunungan tengga menyebut orang yang tinggal di bagian utara sebagai suku Damal. Masyarakat amungme yang tinggal dikecamatan akimuga dan timika, berasal dari lembah-lembah di atas. Orang amungme pada umumnya percaya akan adanya Roh-Roh leluhur yang tetap mengawasih dan mempengarui kehidupan mereka. Mereka percaya bahwa hidup manusia dan alam sekitarnya tidak terpisah dari roh-roh yang hidup didalamnya.
Manusia,alam dan roh leluhur mempunyai keterkaitan yang erat, sehingga hubungan diantara ketiganya harus tetap dijaga agar selalu harmonis. Mereka percaya bahwa Tuhan ada dilangit dan bumi serta percaya ada sorga yang disebutHai. Didalam pandangan suku amungme,Hai tidak sekedar berarti sorga, akan tetapi merujuk pada tiga elemen kehidupan yaitu:
- Suatu kekayaan magis yang mampu membawa pada kepada para leluhurnya
- Berkaitan dengan kehidupan abadi
- Sutau gerakan dalam mencari kehidupan kekal dan kesejateran.
Demikian mendalam makna Haibagi orang amungme sehingga banyak gerakan yang dilakukan untuk mengejar atau mencapaiHai.bentuk gerakan yang dimaksud berupa perlawanan atau peperangan, bisa berupa perpindahan secara geografis ke suatu tempat yang dianggap sebagai lokasi titipan leluhur. Berkaitan dengan hal ini, Menurut Bapak Mbai Jaluko, IstilahHaimemiliki nilai tersendiri, dimana Suku Amungme percaya bahwa untuk mencapai atau mewujudkanHai dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu mulai dari perang, perpindahan atau pun menetap demi hak-hak mendasar bagi masyarakat amungme dalam menjaga dan melestarikan Budaya dan adat istiadat sampai generasi yang akan datang.13Bagi Generasi Amungme Haimerupakan Nilai Keramat yang sangat penting untuk dipupuk dan dijaga.
Gambar 2.2 Gunung Nemangkawi sebelum Masuknya PTFI
Salju abadi yang menurut masyarakat amungme merupakan titipan Leluhur dan pemberian Tuhan Maha Pencipta yang paling mulia
DisampingHaidan Itore,Salju abadi telah menipis karena akibat pemanasan Global (global warming). Hal ini terjadi karena adanya tingkat pembangunan yang tinggi. Untuk membangun pembangunan yang berkualitas diperlukan bahan baku yaitu kesiapan kayu dan air. Begitupun, untuk menjaga konsitensi kemakmuran Negara aktifitas pertambangan wajib dijalankan oleh suatu perusahan besar. Hai inilah kemudian dilakukan oleh PTFI, yang memberikan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat dan pengaruh terhadap sumber daya alam di Kabupaten Mimika.
2.2. Perspektif PT Freeport Tentang Alam
PT Freeport indonesia adalah perusahan Tambang Emas dan Tembaga Terbesar No.3 di dunia yang terletak di kabupaten Mimika Propinsi Papua, yang dimiliki oleh Freeport McMoran Cooper and Gold Inc.yang bermarkas di New Orleans, Louisiana Amerika Serikat. PT Freeport Indonesia dengan Legal masuk ke indonesia melalui Kontrak Karya pertama yang di tanda tangani oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 7 Mei 1967, dengan tujuan ekonomi yang tentunya eksploitatif di bumi papua khususnya bumi amungsa. Kehadiran PT Freeport indonesia diatas tanah ulayat milik suku amungme yang terletak di kabupaten Mimika Propinsi papua, tentunya membawa sistem baru atau budaya baru yang berasal dari budaya barat. Budaya baru yang terjadi di lingkungan sosial yang dibangun oleh Manajemen PT Freeport akan bertemu dengan budaya “asli” milik orang amungme. Pertemuan budaya tersebut menjadi titik awal terjadi proses akulturasi.14
Dalam perkembangan global, dunia ekonomi pembangunan ternyata menjadi salah satu kunci sukses tidaknya suatu negara dalam mempertahankan hegemoninya untuk selalu berkipra pada level internasional dan untuk mempertahankan hegemoni bangsa dibutuhkan ideologi yang tidak hanya menjadi pendukung atau penopang orientasi visi, misi negara tetapi juga sebagai landasan yang paling fundalamental. Hal ini dapat dilihat pada pemerintahan Ir.Soekarno – Hatta, yang mana notabenenya adalah anti Kapitalis-Imprealis. Dimana pada pemerintahan Orde Lama Indonesia menjadi tertutup (Isolasi) pada negara-negara barat yang hampir pada umumnya adalah pemilik modal dan teknologi. Mengapa pemerintahan Soekarono-Hatta anti Kapitalisme – Imprealisme? Tujuannya adalah untuk melindungi (protection) Semua Potensi Sumber daya alam yang ada di indonesia agar tidak di eksploitasi secara berlebihan oleh negara-negara maju (barat). Lantas apa yang yang ada didalam pikiran pemerintah orde lama pada saat itu? , tidak lain keinginannya adalah supaya masyarakat Indonesia dapat menggelolah sendiri (mandiri) sumber daya alam yang kita miliki agar masyarakat Indonesia bisa bersaing dengan masyarakat Internasional.
Pasca runtuhnya Orde Lama pada tahun 1968, Ideologi negara menjadi berubah secara total ketika Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke- dua. Pada masa kepemimpinannya saat itu orientasinya lebih kepada Ekonomi di banding politik seperti pada masa orde lama. Pada masa awal Orde Baru. Pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat. Mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur,dll. Saat permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Karena Presiden Soeharto notabenenya adalah pro Kapitalis - Imprealis maka kebutuhan akan ekonomi menjadi faktor yang sangat penting dalam memajukan pembangunan demi menyejaterahkan masyarakat Indonesia dan untuk mewujudkan itu, Indonesia pada saat itu membutuhkan Modal dan Teknologi dan sebaliknya bagi negara-negara maju (industrialism Countries) membutuhkan bahan mentah untuk mempertahankan hegemoninya dalam persaingan global.
Salah satu contoh kebijakan negara untuk menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia pada umumnya, dan Papua khususnya adalaha Keberadaan PT. Freeport Indonesia di kabupaten timika propinsi Papua. Negara berdalil bahwa masuknya investor asing ke Indonesia akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui pendapatan pajak. Selama ini pembangunan yang diidam-idamkan negara untuk mensejahterakan rakyat termasuk orang Amungme-Kamoro justru menuai konflik baik vertikal antara masyarakat lokal dengan negara, maupun konflik horizontal antara masyarakat lokal dengan PT. Freeport Indonesia. Dalam hal ini peran pemerintah dalam pembangunan guna mensejaterahkan masyarakat dapat dilakukan dengan adanya penandatanganan kontrak karya antara Pemerintah Indonesia dengan Investor asing asal Amerika Serikat
PT. Freeport adalah salah satu perusahaan tambang emas dan tembaga yang terbesar urutan ke tiga dunia yang terletak di Propinsi Papua Kabupaten Mimika, dan dimiliki oleh Freeport McMoran Coper and Gold Inc yang bertempat di New Orleans Lousiana Amerika Serikat yang kini beroperasi di atas tanah ulayat tujuh suku masyarakat adat. Perusahaan tersebut masuk ke Indonesia secara legal melalui kontrak karya pertama yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia yang di jabat oleh Soeharto, tepat pada tanggal 7 april 1967, dengan tujuan mensejaterahkan ekonomi rakyat yang tentunya eksploitatif di bumi cendrawasih. Kehadiran PT. Freeport McMoran di Papua-Mimika tentunya membawa berbagai macam masalah bagi masyarakat adat setempat, semacam budaya baru yang berasal dari budaya barat. Pertemuan antara budaya asli Masyarakat Papua khususnya masyarakat pegunungan 7 (tujuh) suku dan budaya barat menjadi titik awal terjadinya proses akulturasi budaya. Apabila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan benturan budaya sehingga menimbulkan konflik sosial.
2.3. Perspektif Negara (Pemerintah) terhadap Sumber Daya Alam Papua
Selama ini negara melihat bahan tambang sekedar komunitas sehngga, dengan konsep demikian negara terjebak menjadi negara pemasok bahan tambang dunia, mengekstraksi berbagai sumber daya alam tanpa perencanaan.negara berpandangan bahwa negara dengan beroperasinya PT Freeport Indonesia, akan menambahkan devisa negara melalu Pajak, yang artinya akan digunakan untuk kesejateraan rakyat indonesia bahkan secara khusus pemerintah pusat mengatakan kepada orang papua bahwa, kehadiran PT Freeport ndonesia adalah untuk memperbaiki ekonom masyarakat papua, tetapi masyarakat setempat merasakannya sebagai bentuk eksploitasi dan penjajahan baru (Antoh 2007:169). Penilaian masyarakat papua amat logis, karena mereka menilai bukan berdasarkan janji-janji lisan maupun tertulis, tetapi berdasarkan apa yang terjadi.
Menurut masyarakat Amungme- Kamoro dan 5 (lima) kerabat suku lainnya adalah kebijakan yang selama ini menunjukan bahwa Negara dan PT Freeport memiliki kesamaan pandangan sebagai “benda” sehingga dperlakukan selayaknya “benda”. Padahal dalam eksploitasi sumber daya alam, orang asl papua khususnya suku amungme sebagai pemilik hak ulayat atas tanah, hutan, gunung dan juga sunga harus diminta persetujuaannya (widjojo 2009:Xvi)
Inilah sebenarnya akar persoalan kemiskinan suku amungme yang diakibatkan oleh kebjakan negara yang tidak berpihak kepada masyarakat amungme tetap justru pro terhadap kpitalisme-imprealisme. Kondisi ini sebenarnya sudah dibayangkan sejak awal oleh masyarakat setempat. Mereka (suku amungme) sangat pesimis jika negara dan PT Freeport akan menghadirkan kesejateraan bagi orang suku amungme secara khusus dan masyarakat papua secara umum. Oleh sebab itu, pada awalnya Suku Amungme telah melarang PT Freeport Menjamah Ersberg dalam bahasa amungme dugu-dugu yang menurut kepercayaan amungme merupakan Tempat Peristirahatan kepala ibu (ninggok) tempat arwah mereka kembal setelah kematian (Erari 1999:35-37). Namun sekal lagi negara mengatakan bahwa Kehadiran PT Freeport untuk kesejateraan Orang papua, dan usaha melakukan perubahan sosial d tanah papua.
Pembangunan di tanah papua umumnya dan khususnya suku amungme selalu menuai konflik. Konflik yang terjad melbatkan suku amungme, PT Freeport dan negara (pemerintah Indonesia), perbedaan terhadap lngkungan alam, dan spririt pembangunan menjadi akar konflik. Perlu dketahu bahwa bagi suku amungme tanah adalah seorang ibu (mama) yang melahirkan, memberi makan, memelihara, mendidik dan membesarkan. Tanah sebaga rumah yang memberi perlingdungan, tanah adalah tempat tinggal nenek moyang, selain itu tanah yang didalamnya terdapat hutan dan air telah “hilang”. Maka, itu suku amungme telah kehilangan sumber pangan bagi kelangsungan hidup, hilangnya sumber pangan itu, artinya suku amungme suatu kelak akan mengalami kepunahan karena tidak bisa mempertahkan hidup. Jika melihat kondisi tersebut, maka segenap makhluk manusia khususnya suku (orang) amungme akan bertanya kapan kita bisa sejaterah, Kam kira in kam pu gunung yang bawa dari amerka sana kah15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
Awalnya ingin menyejaterakan masyarakat melalui pembangunan tetapi akhirnya merusak identitas dan moralitas Suku Amungme dan Papua secara Umum.
Semua kesalahan yang terjadi dalam Freeport Indonesia ini disebabkan oleh pemerintahan Indonesia sendiri. Mengapa demikian, karena pemerintahan asal menandatangani kontrak yang terlihat menguntungkan sedangkan membuntungkan. Selama bertahun-tahun Indonesia mengalami ini semua, tetapi pemerintah tidak mengambil kebijakan yang mungkin bisa merubah kebuntungan menjadi keuntungan walaupun hanya sedikit. Daripada selalu terpuruk dalam iming-iming yang kecil, tetapi mendapat kerusakan alam yang menyedihkan untuk dilihat dan dimiliki.
Masyarakat Amungme dan Lingkungan Alam di papua memilki ketarikan khusus, dimana manusia (Masyarakat Amungme) telah menguasai medan atau seluruh ekosistem di sekelilnggi ironisnya lagi, masyarakat amungme sejak dahulu kala hidup dan mengantungkan diri mereka terhadap Tanah, air, gunung, sebagai seorang ibu (ninggok) sehingga secara tidak langsung keberadaan PT Freeport Indonesia menjadi ancaman yang serius, namun bila di pandang dari sisi lain, yang harus di salahkan dan harus dipertanggung jawabkan adalah negara karena di dalam pasal 33 ayat 3 , mengatakan dengan jelas bahwa bumi, air, tanah dan segalahnya di lindungi oleh negara dan di kuasai sepenuhnya oleh negara
- Saran
Sangatlah tidak benar jika Indonesia hanya mendapat itu semua bukan keuntungan yang mendasar bagi masyarakatnya. Apakah pemerintahan yang selanjutnya akan tetap meneruskan kontrak ini, atau melakukan penambangan itu semaunya sendiri tanpa bantuan Negara asing? Jawaban yang akan sulit sekali dicari mengingat semua alat-alat berat dan masa kontrak yang telah di perhitungkan sejak awal. Alat-alat berat yang hanya bisa dibeli dari Negara luar membuat pemerintah memiliki kendala dalam mendatangkannya, jika mereka sudah marah atas pemutusan kontrak tersebut. Mungkin masa kontrak sudah diperkirakan se-lama tambang tersebut masih berproduksi (untuk apa membeli tanah yang sudah tidak bernilai jual lagi).
DAFTAR PUSTAKA
- Literatur Buku:
- Ngadisah, Tentang konflik pembangunan dan gejala sosial Politik di Kabupaten Mimika, 2003.
- Susilo, Dwi, K. Rahmat, Dominasi (Determinasi) Lingkungan Terhadap Kehidupan Manusia Edisi 1&2 ,Jakarta :Rajawali Pers 2009
- Jemadu, Aleksius Politik Global dalam Teori dan Praktek Edisi Pertama-Jogjakarta,Graha Ilmu,2008
- I Ngurah Suryawan “Tanah Papua di garis Batas Perspektif, Refleksi dan Tantangan”Cetakan Pertama, Setara Press; malang Desember 2011
- Ekspedisi Tanah Papua, Laporan Jurnalistik Kompas, Jakarta Nopember 2008.
- Zonggonau, Feliks (2011) “Isu Pembuangan Limbah Tailing PTFI sebagai Ancaman Keamanan Non Tradisional, Skripsi, Program S(1) Universitas Muhamadiyah Malang, 2011
- Muller, Kal “Dataran Tinggi Papua” Haberle,S.G.,G.S.Hope and Y.Defretes.1991.Enviromental change in the Baliem Valey, montane Irian Jaya, Republic of Indonesia. Journal of Biogreraphy (1991)
- Ekspedisi Tanah Papua, Laporan Jurnalistik Kompas, Jakarta Nopember 2008
- Buletin LPMAK, meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten mimika, tahun 2008
- Web:
- www.Bukuku, “Dampak kemajuan investasi terhadap pencemaran lingkungan hidup di Indonesia”
- Landas Lpmak.org.
- http://mejarundingpapuabarat.blogspot.com/2009/03/sejarah-freeportindonesia.html
- http://nagapasha.blogspot.com/2011/01/sejarah-freeport-sampai-ke-indonesia.html
1 www.Bukuku, “Dampak kemajuan investasi terhadap pencemaran lingkungan hidup di Indonesia”
2 Ekspedisi Tanah Papua, Laporan Jurnalistik Kompas, Jakarta Nopember 2008, hal 35
3Gambar diakses dari Profil bapak Titus Natkime, Ibid.
4 Hasil wawancara bersama bapak wakil kepala sekolah SD inpres mapuru jaya timika, pada tanggal 13 september 2010/ pukul 10.30 WIT
6 Prof.Dr.agus Suyono ( 2010) ” Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan” Universitas Brawijaya Press. Hal. 136
7 Kal Muller, Dataran Tinggi Papua,Edisi Pertama, 2009,Hal 202
8Kal Muller, Ibid
9 Buletin LPMAK, meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten mimika, tahun 2008,hal 14
10Komisaris Lemasa, Bapak Tom Beanal dalam wawancaranya di Lapangan timika Indah tahun 2009,
11Kal Muller.Op.cit
12Foto diakses dari dokumen Bapak Titus Natkime Cucunya Bapak Kepala Suku amungme, Tuarek Natkime di papua tanggal 29 September 2010
13Hasil wawancara bersama Bapak Mbai jaluko
14 Akulturasi budaya adalah penelitian-penelitian yang menyangkut proses sosial yang terjadi bila manusia dalam suatu masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu terpengaruh oleh unsur-unsur tertentu dari suatu kebudayaan asing yang demikian berbeda sifatnya. Sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tadi, lambat laun diakomodasikan dan di integrasikan kedalam budaya itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian sendiri, disebut penelitian mengenai gejalah akulturasi (Koentjaraninggrat:91)
15 (PT Freeport) jangan ko berpresangka bahwa, gunung yang terdapat di areal PT Freeport Indonesia adalah milik ko yang didatangkan dari amerika. Dan negara indonesia, ko pokir ko yang hidup di hutan sama dengan kita orang ka? Ko enak tidur di hotel bintang 5 dan ko memeras darah masyarakat kecil, ko ini negara macam apa?? Ungkapan Masyarakat Adat yang kecewa dengan negara, ketika wawancara, pada tanggal 5 September 2010 di kabupaten Mimika.
Sumber:
http://kugapambaijaluko.blogspot.com/2013/02/pembangunan-yang-menuai-konflik-google-url.html
EmoticonEmoticon