Dinasti Bisnis ala Soeharto

July 31, 2014

Dinasti Bisnis ala Soeharto

A. Sang Koruptor
H.M. Soeharto – Mantan Presiden Indonesia
Sebagai sebuah negara bermartabat, Indonesia patut merasa malu dengan ‘prestasi’ mantan presidennya, H.M. Soeharto, yang oleh Star Initiative PBB ditempatkan sebagai penguasa paling korup sedunia pada 18 September 2007. Kemudian, menurut rilis PBB, kekayaan Soeharto dari hasil korupnya diduga bernilai hingga 35 miliar dollar.
B. Modus Dinasti Soeharto
Kekuatan politik dan bisnis dinasti Soeharto didukung oleh 3 pilar kekuatan. Pertama, istana yang terdiri atas keluarga besar presiden, meliputi anak, cucu, dan saudara, serta sahabat-sahabat terdekat. Kedua, militer dan polisi, dimana keduanya menjadi pendukung utama manuver politik dan bisnis Soeharto. Kekuatan bersenjata saat itu yang menjalin kerjasama dengan keberadaan bisnis dinasti. Pada masa Orde Baru, bisnis angkatan ini merupakan raksasa di bidang-bidang tertentu. Ketiga, partai. Mereka ditempatkan pada berbagai posisi strategis, dari menteri sampai setingkat gubernur, bupati, dan lurah. Tujuannya untuk menjamin keamanan bisnis dan memperlancar arus kas masuk ke pundi-pundi dinasti Soeharto yang berkedok yayasan-yayasan.
Aditjondro (Sosiolog dan mantan wartawan)
Menurut Aditjondro (seorang sosiolog dan mantan wartawan), beberapa cara yang digunakan Soeharto untuk mengumpulkan kekayaannya adalah:
  • Membuat yayasan-yayasan untuk menampung bantuan dari luar negeri maupun dalam negeri. Pengelolaan keuangan yayasan-yayasan itu diserahkan kepada istri, anak, cucu, kerabat, sahabat, dan mantan-mantan jenderal yang dijadikan boneka. Meskipun dana publik banyak terdapat di dalam yayasan, namun pertanggungjawaban keuangannya tidak transparan dan cenderung rekayasa.
  • Mendayagunakan aset-aset bekas era Soekarno yang tidak dilaporkan sebagai harta negara.
Ir. Soekarno dan H.M. Soeharto
  • Mengeluarkan berbagai Keppres (Keputusan Presiden) yang sengata ditujukan untuk membantu dan memperkaya pihak-pihak tertentu. Lalu, penyisihan keuntungan sebesar 2,5 persen masuk ke yayasan-yayasan Soeharto.
  • Mengeluarkan peraturan yang menyebabkan terjadinya monopoli komoditi yang menguntungkan lingkaran Cendana, misalnya monopoli cengkih dan tepung terigu.
  • Menggunakan fasilitas negara untuk memberikan kenyamanan kepada keluarga besar Soeharto. Konon, Pertamina merupakan salah satu ‘ATM’ bagi anak-anak Soeharto setiap kali akan melakukan perjalanan.
Pertamina, salah satu ‘ATM’ anak-anak Soeharto
Dana triliunan yang terkumpul dari yayasan-yayasan itu sebagian besar dipergunakan untuk menyuntikkan modal kerja kepada sejumlah perusahaan-perusahaan milik keluarga dan kerabat. Versi Kejaksaan Agung mengatakan bahwa dana yayasan milik Soeharto diperkirakan telah menebarkan paling sedikit hampir 2 triliun ke perusahaan-perusahaan sejawatnya. Tentu saja versi kejaksaan ini banyak diragukan orang karena jumlah itu dipercaya telah disulap sejadi-jadinya untuk menutupi angka yang sesungguhnya. Salah satu yang paling banyak menerima dana yayasan adalah PT Sempati Air milik putra kesayangannya, Tommy Soeharto dan suntikan modal untuk bank-bank yang dimiliki oleh Bambang Trihatmojo. Terbukti pada krisis 1998, sebagian besar perusahaan tersebut gulung tikar dan dibekukan. Sebab, dikelola secara sembarangan dengan hanya mengandalkan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).
PT Sempati Air milik Tommy Soeharto (putra kesayangan H.M. Soeharto)
Bambang Trihatmojo (putra kesayangan Tien Soeharto)


Sumber:
http://percayalah7.wordpress.com/2012/02/12/dinasti-bisnis-ala-soeharto/

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »