Cerita Presiden Soeharto, pengamen dan koruptor
Reporter : Ramadhian Fadillah | Jumat, 8 Maret 2013 10:53
"Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan," kenang Soeharto dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada halaman 385.
Soeharto menyemangati mereka. Menurutnya seorang pengamen yang mencari rezeki dengan halal masih lebih mulia dari koruptor atau pencuri.
"Kamu jangan malu mengamen. Tidak usah menundukkan kepala. Ngamen itu pekerjaan halal. Ngamen itu lebih baik dari nganggur, lebih baik dari nyolong, daripada mencuri," kata Soeharto.
Soeharto juga meminta harus sabar menghadapi hidup. Jangan putus asa kalau dicaci maki. Kemudian Soeharto memberikan empat gitar para pengamen.
Sayangnya tak semua kroni Soeharto juga dinasihati seperti itu. Kasus korupsi besar yang melibatkan Soeharto dan para loyalisnya kebanyakan tak pernah diusut sampai kini.
Soeharto diduga korupsi di tujuh yayasan (Dakab, Amal Bakti Muslim Pancasila, Supersemar, Dana Sejahtera Mandiri, Gotong Royong, dan Trikora). Totalnya tak kurang dari Rp 1,4 triliun. Badan Pertanahan Nasional juga pernah mengumumkan tanah Keluarga Cendana tersebar di 10 provinsi di Indonesia.
Akhirnya majelis hakim Pengadilan Negeri menghentikan kasus Soeharto dengan alasan kesehatan.
(Dikutip dari berbagai sumber)
Sumber:
http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-presiden-soeharto-pengamen-dan-koruptor.html
EmoticonEmoticon