Bukti Terbaru G-30S/PKI Soeharto Dalang Pembunuhan

November 23, 2013
K
esaksian mantan Menteri Penerangan Dasar zaman Orde Lama HARYA SUDIRJA bahwa Bung Karno mengingkan Menpangad Letjen Achmad Yani menjadi Presiden kedua bila kesehatan proklamator itu menurun, ternyata sudah lebih dahulu diketahui isteri dan putra-putri pahlawan revolusi tersebut.
“Bapak sendiri sudah cerita kepada kami (isteri dan putra-putri Yani) bahwa dia bakal menjadi presiden. Waktu itu Bapak berpesan, jangan dulu bilang sama orang lain”, ujar purta-putri Ahmad Yani : Rully Yani, Elina Yani, Yuni Yani, dan Edi Yani – sebelum diberitakan dalam acara diskusi “Jakarta – Forum Live, Peristiwa G-30S/PKI, upaya Mencari Kebenaran” terungkap kesaksian baru, yaitu beberapa hari sebelum peristiwa kelam dalam sejarah republik ini meletus, Bung Karno pernah meminta Menpangad Letjen Achmad Yani menggantikan dirinya menjadi presiden bila kesehatan proklamator menurun.
Kesaksian tersebut disampaikan salah saut peserta diskusi : Harya Sudirja. Menurut mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama ini, hal itu disampaikan secara pribadi pada dirinya dalam perjalanan menuju Istana Bogor  tanggal 11 september 1965.
Putra-putri Acmah Yani kemudian menjelaskan, kabar baik itu sudah diketahui pihak keluarga 2 (dua) bulan sebelum meletusnya peristiwa berdarah G-30S/PKI . “Waktu itu ketika pulang dari rapat dengan Bung Karno beserta para petinggi negara, Bapak cerita sama ibu bahwa kelak bakal menjadi presiden”, kenang Yuni Yani, puteri keenam Achmad Yani . “Setelah cerita sama ibu, esok harinya sepulang main golf, Bapak juga menceritakan itu kepada kami putra-putrinya. Sambil tertawa, kami bertanya, “Benar nih pak?” jawab bapak ketika itu “Ya”, ucapanya. Menurut Yuni, berita baik itu mereka dengar dari ajudan Bapak yang mengataka bapak bakal jadi presiden. Makanya ajudan menyarankan supaya siap-siap pindah ke Istana.
Sedangkan menurut Elina Yani (Putri keempat), saat kakaknya Amelia Yani menyusun buku tentang bapak, mereka menemui Letjen Sarwo Edhi Wibowo sebagai salah satu narasumber. “waktu itu, pak Sarwo bercerita bahwa Bapak dulu diminta Bung Karno menjadi presiden bila kesehatan Proklamator itu tidak juga membaik. Permintaan itu disampaikan Bung Karno dalam rapat petinggi negara. Disitu antara lain, ada Soebandrio, Chaeruk Saleh dan A.H. Nasution”, katanya.” Bung karno bilang, Yani kalau kesehatan saya belum membaik kamu yang jadi Presiden”, kata Sarwo Edhie seperti ditirukan Elina.
Pada prinsipnya , tambah Yuni pihak keluarga senang mendengar berita Bapak bakal jadi Presiden. Namun ibunya (Alm. Nyonya Yayuk Ruliah A. Yani) usai makan malam membuat ramalan bahwa kalau Bapak tidak jadi presiden, bisa dibunuh. “Ternyata ramalan ibu benar. Belum sempat menjadi presiden menggantikan Bung Karno, bapak dibunuh secara kejam dengan disaksikan adik-adik kami. Untung dan Eddy. “kalau bapakmu tidak jadi presiden, ya nengendi (bahasa jawa artinya : kemana) bisa dibunuh”, kata Nyonya Yani seperti ditirukan Yuni. Lalu siapa pembunuhnya ?
Menurut Yuni, Ibu dulu mencurigai dalang pembunuh ayahnya adalah petinggi militer yang membenci Achmad Yani. Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mangapa Suharto membenci Achmad Yani ? Yuni mengatakan, sewaktu suharti menjual pentil dan ban yang menangkap adalah Bapaknya. “bapak memang tidak suka militer berdagang. Tindakan bapak ini tentunya menyinggung perasaan suharto”.
“selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatnya lebih tinggi dari suharto”, katnaya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapak adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya. “siapa orangnya, ini perlu dicari”, katanya. Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap sikap Bapak yang menentang upaya memepersenjatai para buruh, nelayan dan petani. “Bapak dulukan tidak suka rakyat dipersenjatai. Yang bisa dipersenjatai adalah militer saja”, katanya. Menurut dia penjelasan mantan tahanan politik G-30S/PKI Abdul Latief bahwa suharto dalang G-30S/PKI sudah bisa menjadi dasar suatu penelitian oleh pihak yang berwajib. “ini penting demi lurusnya sejarah. Dan kamipun merasa puaskalau sudah tahu dalang pembunuhan ayah kami”, katanya.
Dia berharap, kepada semua pelaku sejarah yang masih hidup bersaksilahsupaya masalah itu bisa selesai dengan sepat dan tidak menjadi tanda tanya besar bagi generasi muda bangsa ini.
Kesaksian isteri dan putra-putri Achmad Yani bahwa Bapaknyalah yang ditunjuk Bung Karno untuk menjadi presiden kedua menggantikan dirinya, dibenarkan oleh mantan Asisten Bidang Operasi KOTI (Komando Operasi Tertinggi), Marsekal Madya (Purn) Sri Mulyono Herlambang dan ajudan Achmad Yani, Kolonel (Purn) Subardi.
Apa yang diucapkan putra-putri Jenderal Achmad yani itu benar. Dikalangan petinggi militer informasi tersebut sudah santer dibicarakan. Apalagi hubungan Achmad Yani dan Bung Karno sangat dekat, ujar Herlambang. Baik Herlambang maupun Subardi menyebutkan, walaupun tidak terdengar langsung pernyataan Bung Karno bahwa ia memilih Achmad Yani sebagai presiden kedua jika ia sakit, namun keduanya percaya akan berita itu.
“Hubungan Bung karno dengan Achmad Yani memang akrab dan Yani memang terkenal cerdas, hingga wajar jika kemudian ditunjuk presiden”, kata Herlambang “Hubungan saya dengan Achmad Yani sangat dekat, hingga saya tahu betapa dekatnya hubungan Bung Karno dengan Achmad Yani”, ujar herlambang yang saat itu sedang menyusun buku putih peristiwa G-30S/PKI.
Menyinggung tentang kecurigaan Yayuk Ruliah A. Yani (istri A. Yani), bahwa dalang pembunuh suaminya adalah seoharto, herlambang mengatakan bisa jadi seperti itu. Pasalnya 2 (dua) bulan sebelum peristiwa berdarah PKI, Bung Karno sudah menunjuk Achmad Yani sebagai penggantinya.
Tentu saja hal ini membuat iri orang yang berambisi jadi presiden. Waktu itu peran CIA memang dicurigai ada, apalagi AS tidak menyukai Bung Karno karena terlalu vokal. Sedangkan Yani merupakan orang dekat Bung Karno. Ditambah Herlambang, hubungan Achmad Yani dengan Suharto saat itu kurang harmonis. Suharto memang benci pada Achmad Yani. Ini gara-gara yang menangkap suharto dalam kasus penjualan pentil dan ban. Selain itu suharto juga merasa iri karena usia Achmad Yani lebih muda, sementara jabatannya lebih tinggi.
Terlebih saat Achmad Yani menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Bung Karno meningkatkan status KASAD menjadi Panglima Angkatan Darat . “Dan waktu itu Achmad Yani bisa melakukan apa saja atas petunjuk Panglima Tertinggi Soekarno, tentu saja hal ini membuat suharto iri kepad Achmad Yani. Dijelaskan juga, sebenarnya mantan presiden Orde Baru itu tidak hanya membenci Achmad Yani, tpai semua Jenderal Pahlawan Revolusi. D.I. Panjaitan dibenci soeharto gara-gara persoalan barang dan juga berkaitan dengan penjualan pentil dan ban. Sedangkan kebenciannya terhadap MT. Haryono berkaitan dengan hasil sekolah di SESKOAD. Disitu soeharto ingin dijagokan tapi MT. Haryono  tidak setuju. Terhadap Sutoyo, gara-gara ia sebagai Oditur dipersiapkan untuk mengadili soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban itu.
Menurut Subardi, ketahuan sekali dari raut wajah soeharto kalau dia tidak menyukai Achmad Yani. Secara tidak langsung isteri Achmad Yani mencurigai soeharto. Dicontihkan sebuah film Amerika yang ceritanya AD disuatu negara yang begitu dipercaya pemerintah, ternyata sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan itu. Caranya dengan meminjam tangan orang lain dan akhirnya pimpinan AD itulah yang menjadi presiden. “peristiwa G-30S/PKI hampir sama dengan cerita film itu”, kata Nyonya Yani seperti ditirukan Subardi.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »